HARIAN 7

JENDELA INFORMASI DAN MITRA BISNIS ANDA

Dari Tanah Kumuh Menjadi Taman Seribu Cinta: Transformasi Kali Blongkeng dan Kisah yang Terkubur

Laporan: Adi Prasetyo

MAGELANG | HARIAN7.COM – Di tepian Kali Blongkeng, perbatasan Kecamatan Salam dan Muntilan, Kabupaten Magelang, sebuah perubahan besar telah terjadi. Sebuah lokasi yang dulunya penuh dengan onggokan sampah dan stigma negatif kini menjelma menjadi ruang hijau yang asri.

Baca Juga:  Menyelamatkan Susu Boyolali, Solusi Cepat untuk Krisis Peternak

Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Magelang memanfaatkan lahan seluas 1.000 meter persegi di Dusun Dangeyan, Desa Gulon, sebagai lokasi pembibitan tanaman. Di tempat ini, lebih dari 5.000 bibit pohon berbagai jenis, termasuk tanaman konservasi dan buah-buahan, disemaikan untuk penghijauan wilayah Magelang.

Baca Juga:  Kepala BPBD Purbalingga: "Cuaca Ekstrim Masyarakat di Himbau Waspada"

Namun, yang lebih menarik dari sekadar pembibitan adalah transformasi Kali Blongkeng. Dulunya, sungai ini bukan hanya dikenal sebagai tempat pembuangan sampah, tetapi juga menyimpan kisah kelam. Warga setempat mengenalnya dengan nama Tanlikeng, sebuah julukan yang terkait erat dengan dunia prostitusi yang pernah berkembang di Dusun Bangunsari pada masa lalu.

Baca Juga:  Gelar Dziba' Akbar, Seluruh Anggota Ranting Sekabupaten Temanggung Larut Dalam Peringatan Maulid Nabi Kali Ini

Kini, wajah baru Kali Blongkeng menampilkan keindahan Taman Seribu Cinta. Sungai yang dulunya kumuh kini mengalir jernih, dihiasi taman yang asri dan tabebuya yang bermekaran di sepanjang jalan protokol. Tempat yang dulu membawa kesan gelap, kini menjadi ikon baru keindahan dan konservasi lingkungan di Kabupaten Magelang.

Baca Juga:  DPD GWI Jateng Mulai Membentuk Kepengurusan DPC di Berbagai Kabupaten-Kota se Jawa Tengah

Tak hanya sekadar perubahan fisik, tetapi juga perubahan sosial dan budaya. Warga bersama DLH Kabupaten Magelang telah menghapus jejak kelam masa lalu, menggantinya dengan kehidupan yang lebih hijau, bersih, dan bermartabat. Kini, Tanlikeng hanyalah kenangan, sementara Taman Seribu Cinta menjadi simbol harapan baru bagi generasi mendatang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini
error: Content is protected !!