HARIAN 7

JENDELA INFORMASI DAN MITRA BISNIS ANDA

Kedelai Mahal, Perajin di Getasan Kurangi Ukuran Tahu dan Tempe

Sutini, perajin tahu dan tempe.

Laporan: Bang Nur

UNGARAN,harian7.com – Perajin tahu dan tempe di Desa Samirono Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang mengurangi ukuran kedelainya saat produksi. Hal itu dikarenakan harga kedelai saat ini masih tinggi.

Perajin Tempe, Sutini mengatakan, agar tetap bisa  produksi sampai sekarang, harus mengurangi porsi kedelainya. Karena harga kedelai saat ini masih menyentuh angka Rp 13 ribu per kg.

“Untuk ukuran tempenya sekarang lebih sedikit tipis dari biasanya,” kata Sutini kepada wartawan Jumat (5/8/2022).

Baca Juga:  Bupati Cilacap Resmikan Aroma Food Court, Berharap UMKM Lebih Maju

Sutini mengungkapkan, dalam sehari ia hanya dapat memproduksi tempe sebanyak tujuh kg. Hal itu jauh berbeda sebelum harga kedelai tinggi. Ia mengaku dapat memproduksi tempe sebanyak 15 sampai 17 kg per harinya.

“Saat harga kedelai naik tidak ada yang bantu-bantu produksi seperti dulu,”ungkapnya.

Sutini menuturkan, tempe yang ia buat dijual dengan harga Rp 500 untuk ukuran kecil dan Rp 2500 untuk ukuran yang besar. Harga itu sudah disesuaikan dengan kenaikan harga kedelai. 

Baca Juga:  "Ngangsu Kawruh" Keberadaan Pelanggan, FKP PDAM Kab Semarang Study Banding ke IFP PDAM Kab Sleman

“Akibat harga kedelai naik, banyak pembeli yang mengeluh dan sangat berdampak,”keluhnya.

Di Desa Samirono sendiri para pembuat tempe tidak menggunakan daun pisang untuk pembungkusnya. Melainkan menggunakan daun Andong yang tumbuh subur di sekitar permukiman warga. 

“Kadang kalau daun itu bisa tanam sendiri dan bisa beli sendiri, satu ikat daunnya itu dijual Rp 20 ribu,” katanya. 

Sementara itu, Pembuat tahu, Ratno, menambahkan bahwa dirinya saat ini hanya bisa bertahan akibat harga kedelai yang masih tinggi. 

Baca Juga:  Pertandingan Lawan Ebod Jaya Kebumen, PSISa Targetkan Kemenangan Penuh

Kenaikan harga bahan baku tersebut berdampak pada semua aspek dalam produksi. 

“Terutama modal produksi, apalagi tidak hanya harga kedelai yang naik, harga minyak pun ikut naik,” kata Ratno. 

Banyak konsumen yang mengeluh karena porsi tahu yang dikurangi sedangkan harga masih sama. 

“Pembuat tahu di Desa Samirono satu-satunya hanya saya yang bertahan,” jelas Ratno.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini
error: Content is protected !!