Pemkot Semarang Perkuat Mitigasi Banjir, Fokus di Kawasan Kaligawe
SEMARANG | HARIAN7.COM – Pemerintah Kota Semarang melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) terus memperkuat langkah mitigasi untuk menekan risiko banjir di masa mendatang. Upaya itu dilakukan berdasarkan hasil asesmen pascabanjir yang melanda pada 23 Oktober hingga 5 November 2025 lalu.
Kepala BPBD Kota Semarang, Endro Pudyo Martantono, mengatakan langkah-langkah jangka pendek dan menengah kini tengah digencarkan, terutama di wilayah Kaligawe, yang menjadi salah satu titik paling rawan genangan.
“Beberapa hari ke depan kami fokus memperkuat sodetan Unissula untuk memperlancar aliran air dan menanggulangi banjir di kawasan Kaligawe,” ujar Endro, Selasa (11/11).
Menurutnya, strategi mitigasi jangka pendek dalam tiga bulan ke depan mencakup lima fokus utama: percepatan dan penguatan sodetan Unissula Kaligawe; optimalisasi drainase dan pompa melalui normalisasi harian, penambahan pompa besar, serta penyediaan pompa cadangan; penguatan sistem peringatan dini dengan memaksimalkan informasi cuaca dari BMKG melalui sirine, SMS blast, dan kanal resmi Pemkot; penguatan logistik tanggap darurat; serta penataan wilayah rawan dengan menertibkan galian liar dan bangunan di bantaran sungai.
Untuk dua pekan mendatang, BPBD juga memprioritaskan empat langkah: pembersihan sedimentasi, perbaikan infrastruktur dasar seperti jalan dan saluran, persiapan posko cepat tanggap di tiap kecamatan terdampak, serta aktivasi tim monitoring cuaca selama 24 jam.
Endro menambahkan, Pemkot Semarang juga membutuhkan dukungan dari pemerintah pusat guna mempercepat pemulihan dan penguatan infrastruktur pengendalian banjir. Bentuk dukungan itu mencakup penambahan pompa besar dan genset, lanjutan program Operation and Maintenance Contract (OMC), percepatan pembangunan sistem pengendali banjir pesisir atau tanggul laut, serta alokasi dana tak terduga dan dana rehabilitasi-rekonstruksi pascabencana.
Banjir yang melanda pada akhir Oktober hingga awal November lalu berdampak cukup luas, menimpa 63.400 jiwa atau 21.125 kepala keluarga di 20 kelurahan, dengan empat korban jiwa meninggal dunia. Wilayah terdampak antara lain Genuksari, Gebanganom, Kaligawe, dan Trimulyo.
Faktor penyebab utama banjir, kata Endro, berasal dari curah hujan ekstrem, drainase tersumbat, pasang tinggi air laut, serta hambatan aliran sungai.
“Kami berharap kejadian banjir serupa bisa diminimalisir melalui sinergi semua pihak, mulai dari pemerintah daerah, provinsi, hingga pusat,” pungkasnya.(Sam)












Tinggalkan Balasan