Melawan DBD, Wali Kota Salatiga Canangkan Gerakan “Stop Jentik”
Laporan: Muhamad Nuraeni
SALATIGA | HARIAN7.COM – Rabu siang yang lembap di Ruang BLC Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Salatiga berubah menjadi momen deklaratif. Wali Kota Salatiga, Robby Hernawan, berdiri tegak di podium, didampingi para pemangku kepentingan kota.
Di hadapan Sekretaris Daerah, Kepala Balai Besar Litbang Vektor dan Reservoir Penyakit, Kepala Rutan, tokoh agama, hingga para camat dan kepala puskesmas, ia resmi meluncurkan Gerakan Stop Jentik, Kamis, (12/6/2025).
Langkah itu bukan sekadar seremoni musiman. Di balik kampanye yang bergaung itu, tersembunyi kekhawatiran pemerintah terhadap naik-turunnya kasus demam berdarah dengue (DBD) yang mencemaskan. “Adanya siklus 3 tahunan dan 5 tahunan kejadian demam berdarah diharapkan bisa menjadikan kewaspadaan yang lebih dengan cara Stop Jentik,” tegas Wali Kota.
Salatiga, kota berhawa sejuk di lereng Gunung Merbabu, tak luput dari ancaman endemik nyamuk Aedes aegypti. Terutama saat masa peralihan musim hujan ke kemarau. Jentik-jentik nyamuk berkembang biak diam-diam di sudut-sudut tak terjangkau, menciptakan bom waktu penyakit yang sewaktu-waktu meledak.
Pemerintah kota, kata Robby, sudah melakukan berbagai intervensi: penyelidikan epidemiologi, pemeriksaan jentik berkala, hingga pemberantasan sarang nyamuk. Tapi semua itu belum cukup. Ia ingin gerakan ini jadi pengingat dan pemicu—terutama bagi Dinas Kesehatan—agar bergerak lebih intensif menghadapi potensi siklus baru DBD.
Bukan hanya soal teknis kesehatan, gerakan ini juga menuntut politik kolaborasi. “Baik sektor pemerintah, institusi swasta, bahkan unit-unit pelayanan publik harus diberdayakan untuk sama-sama memberantas jentik nyamuk,” ujarnya.
Gerakan Stop Jentik membawa empat misi utama: menurunkan angka kejadian DBD, meningkatkan angka bebas jentik di seluruh kelurahan, memperkuat peran lintas sektor dan kader kesehatan, serta menciptakan Salatiga yang sehat.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Salatiga, dr. Prasit Al Hakim, yang turut berbicara dalam acara itu, mempertegas pesan sang wali kota. Ia menyodorkan data dan seruan yang sama: kolaborasi adalah kunci. “Upaya pencegahan adalah tanggung jawab bersama,” ujarnya.
Dengan kampanye ini, kota kecil di tengah Jawa Tengah itu berharap bisa keluar dari bayang-bayang demam berdarah. Setidaknya untuk satu siklus ke depan.(*)
Tinggalkan Balasan