HARIAN 7

JENDELA INFORMASI DAN MITRA BISNIS ANDA


Ganjar Ajak Para Kades Tancap Gas Atasi Stunting

Istimewa

 Laporan: Iwan Setiawan

BANJARNEGARA | HARIAN7.COM – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengajak seluruh kepala desa di Kabupaten Banjarnegara dan Wonosobo tancap gas tangani stunting. Dari data Rapat Koordinasi Percepatan Penanganan Kemiskinan, perlu upaya keras untuk menekan angka risiko stunting di dua kabupaten tersebut.

Adapun indikator kemiskinan, individu berisiko stunting di Kabupaten Banjarnegara mencapai 22.561 orang. Sedangkan Kabupaten Wonosobo ada 10.627 orang.

“Maka, dua kabupaten ini memang menjadi perhatian kita. Sehingga, (Rakor) ini dua saja (Banjarnegara dan Wonosobo) biar konsentrasi tinggi,” ujar Ganjar, usai Rakor Percepatan Penanganan Kemiskinan di Balaidesa Kebanaran, Kecamatan Mandiraja, Banjarnegara, Rabu (1/2/2023).

Baca Juga:  Banyak Kasus Korupsi Menjerat Kades, KPK Launching Desa Antikorupsi di Kabupaten Semarang

Namun, Ganjar menyebut para kepala desa menunjukkan antusiasme dalam percepatan penanganannya.

“Tapi antusiasme kawan-kawan Kades cukup bagus. Maka, kalau kemarin (Rakor sebelumnya) bisa tiga hari, ini bisa cepat pendataannya, ini (para kades) sanggup dua hari,” ungkapnya.

Baca Juga:  PLTU Cilacap Tak Mau Bayar Kekurangan Pembelian Tanah, Kuasa Hukum Juminem Minta Tanah Dikembalikan

Komitmen tersebut, lanjut Ganjar, akan terus didukung, dan melakukan upaya penanganan secara bersama-sama.

“Tadi Kades ingin ngebut tancap gas, maka komitmen itu yang hari ini kita butuhkan. Besok (Rakor) Insyaallah yang terakhir, dan minggu depan harapan kita mulai mendapatkan data-data awal dan kita evaluasi untuk bisa melakukan percepatan penanggulangan kemiskinan ekstrem dan stunting,” terang Ganjar.

Gubernur Jawa Tengah dua periode itu memastikan, para Kades tidak bekerja sendiri. Sebab, penanganan kemiskinan ekstrem dan stunting akan melibatkan swasta dan perguruan tinggi.

Baca Juga:  Lawan Madura United Tandang, PSIS Bawa 21 Pemain

“Untuk perguruan tinggi, kita sudah komitmen dengan UGM berikan beras fortifikasi sebagai asupan. Nantinya mahasiswa melalui KKN (kuliah kerja nyata) mengecek dan beri treatment. Pertanian akan memantau, kedokteran melihat hasilnya, UGM membuat sistemnya, dan perusahaan kita libatkan. Sehingga pemerintah, swasta dan perguruan tinggi kerja bareng-bareng,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini
error: Content is protected !!