Soroti Dugaan Peristiwa Bullying di SMA N 2 Salatiga, LPAI Jateng: Itu seperti gunung es, harus diselesaikan dengan prinsip the best interest of child
![]() |
Dhinar Sasongko, Sekretaris Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Jawa Tengah. |
Laporan: Muhamad Nuraeni
SALATIGA | HARIAN7.COM – Dhinar Sasongko, Sekretaris Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Jawa Tengah, menyoroti dugaan adanya kasus bullying di SMA Negeri 2 Salatiga. Menurutnya itu sebagai fenomena serius.
Dhinar menjelaskan bahwa seperti gunung es, banyak kasus mungkin tidak terungkap dan perlu perhatian khusus.
Dalam keterangannya, Sasongko menekankan pentingnya menyelesaikan masalah bullying dengan prinsip “the best interest of child” atau yang terbaik untuk anak.
Ia menegaskan perlunya pendekatan holistik untuk melindungi anak-anak dari dampak negatif perundungan di lingkungan pendidikan.
Dhinar menyampaikan keprihatinan terhadap kasus perundungan dan mengungkapkan bahwa pihaknya telah memberikan bantuan kepada korban dengan menyediakan pendampingan dari psikolog.
“Kita telah menyiapkan tenaga psikolog untuk mendampingi korban. Karena tadi saya lihat ketika kita datang masih takut dan masih menangis,”kata pria yang juga wartawan senior di Kota Salatiga saat dikonfirmasi harian7.com.
Dhinar menyatakan bahwa terkait penyelesaian kasus perundungan secara hukum, pihaknya telah menyerahkan kasus tersebut kepada orang tua korban. Ia berharap kasus perundungan tidak terulang di masa mendatang.
“Seandainya nanti keluarga memutuskan untuk melakukan langkah-langkah hukum tentunya adalah pertimbangan yang terbaik bagi mereka. Tapi yang dipikirkan saat ini adalah masa depan anak. Baik korban maupun pelakunya,” terang Dhinar.
Diberitakan sebelumnya, Diberitakan sebelumnya, kejadian perundungan kembali mengguncang lingkungan sekolah di Salatiga. Seorang siswi SMA Negeri 2 kelas 10 diduga menjadi korban bullying berulang kali oleh sejumlah teman sekolahnya.
Orang tua korban, Guntur Sri Hartono, mengungkapkan kekecewaannya dan kekhawatiran akan dampak psikologis yang dialami anaknya.
Guntur Sri Hartono, ketika ditemui oleh harian7.com, Kamis (4/1/2024) mengungkapkan kekagetannya saat mendengar keluhan anaknya yang kini menolak masuk sekolah. Anaknya yang menjadi korban bullying mengalami depresi, bahkan telah absen selama satu hari dan terlihat murung di kamar.
“Peristiwa bullying tersebut sudah beberapa kali terjadi, mencakup tindakan merusak sepeda motor dan pemaksaan membuka hijab serta dipalak,”kata Guntur saat ditemui dirumahnya, Perum Argotunggal, Kelurahan Ledok, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga.
Guntur merasa prihatin karena anaknya mengalami depresi setelah insiden tersebut. Bahkan, ia (Siswa korban bullyng) telah mengirim pesan WhatsApp kepada istri (ibu korban) akan bunuh diri jika tidak dipindah sekolah.
Anak pertama Guntur juga pernah menjadi korban bullying di SMA Negeri 2 Salatiga, namun dengan ketahanan mental yang kuat, anak tersebut berhasil melaluinya dan kini telah lulus.
Guntur berencana memindahkan anaknya ke sekolah lain, merasa bahwa lingkungan di SMA Negeri 2 dapat memperburuk kondisi mental anaknya.
“Saya berharap agar pihak sekolah mengambil tindakan tegas dan meningkatkan pengawasan agar kejadian serupa tidak terulang,”harap Guntur.(*)
Berita sebelumnya:
Tinggalkan Balasan