HARIAN 7

JENDELA INFORMASI DAN MITRA BISNIS ANDA

Peci Blangkon Muhadi: Kearifan Lokal yang Mendunia

Laporan: Muhamad Nuraeni

TENGARAN | HARIAN7.COM – Ramadan membawa berkah bagi Muhadi (43), perajin peci asal Dusun Krajan, Desa Tengaran, Kabupaten Semarang. Omzet bisnisnya meningkat signifikan berkat produk khasnya, peci blangkon, yang unik dan multifungsi.

Baca Juga:  Berlangsung Sukses dan Lancar, Wartawan Apresiasi Polres Salatiga atas Profesionalitas Selama Pilkada 2024

Peci hasil karyanya memiliki ciri khas tersendiri dibandingkan peci pada umumnya. “Sudah ada peningkatan order sejak sebelum puasa, naik tiga kali lipat dibanding hari biasa,” ujar Muhadi, Selasa (11/3/2025).

Baca Juga:  Malam Perayaan Natal, Menag Tinjau Gereja Blenduk Kota Lama Semarang

Muhadi mengungkapkan, menjelang Idul Fitri, permintaan biasanya terus meningkat. “Nanti semakin dekat Idul Fitri, biasanya juga akan bertambah lagi. Beberapa kali saat malam Lebaran atau saat takbiran itu masih bekerja untuk memenuhi pesanan,” katanya.

Baca Juga:  Melalui ADD 2021, Desa Tambakboyo Kecamatan Mantingan Lakukan Renovasi Infrastruktur

Peci Blangkon: Sentuhan Budaya dalam Produk Religi

Salah satu daya tarik peci blangkon adalah fungsinya yang tidak hanya digunakan untuk beribadah, tetapi juga untuk berbagai kegiatan budaya. “Banyak juga digunakan saat ada reog atau wayang, acara-acara kebudayaan. Meski memang fungsi utamanya adalah dikenakan untuk ibadah,” ujar Muhadi.

Baca Juga:  Presiden Prabowo Sambut Hangat Presiden Erdoğan di Bogor, Pererat 75 Tahun Persahabatan Indonesia-Turkiye

Dalam sehari, ia mampu memproduksi 30 peci blangkon. Tahun ini, model dengan warna gelap paling banyak diminati karena dianggap fleksibel untuk dipadukan dengan berbagai pakaian. “Warna tersebut banyak dipilih karena menurut konsumen bisa menyatu dengan pakaian warna apa saja,” paparnya.

Baca Juga:  UNIMUS Borong Prestasi di Malaysia! Dosen Medikal Bedah Raih Penghargaan Best Paper Presenter di Ajang Internasional

Motif yang dibuatnya juga beragam, mulai dari Gagrak Gedong Songo, Batik Ceplok, hingga berbagai motif batik lainnya, dengan harga berkisar Rp 60.000 hingga Rp 65.000.

Baca Juga:  Garuda Muda Lolos ke Piala Asia U-17 2025 Usai Tahan Imbang Australia

Dari Tengaran Menuju Pasar Global

Keunikan dan kualitas produk Muhadi tidak hanya menarik perhatian konsumen dalam negeri, tetapi juga merambah pasar internasional. “Kita menjual lewat teman yang ada koneksi di sana, tapi kalau untuk pasar Indonesia sudah merata karena juga ada reseller,” ujarnya.

Baca Juga:  Menunda Haji, Menggapai Berkah: IPDA Bakti Nurcahyo, Polisi yang Membuka Jalan Ilmu Agama bagi Anak Desa

Berkat lonjakan permintaan, Muhadi kini dapat memberdayakan lebih banyak orang untuk meningkatkan kapasitas produksi. Keberhasilannya membuktikan bahwa produk lokal dengan sentuhan budaya memiliki daya saing tinggi, bahkan hingga ke mancanegara.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini

TERKINI

error: Content is protected !!