Dari Sampah Jadi Edukasi: Siswa Stella Matutina Audit Limbah Plastik
Laporan: Muhamad Nuraeni
SALATIGA | HARIAN7.COM – Setelah sebulan penuh mengumpulkan sampah plastik, para siswa SMP Stella Matutina Salatiga mulai mempraktikkan langkah nyata dalam pengelolaan sampah. Senin (27/10/2025), aula sekolah mereka disulap menjadi ruang edukasi lingkungan, tempat para siswa melakukan audit sampah — memilah dan menimbang sampah berdasarkan asal muasalnya.
Kegiatan dibuka dengan sesi edukasi tentang persoalan sampah di Indonesia, khususnya di Salatiga. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), timbunan sampah nasional mencapai 64 juta ton per tahun, dengan 9 juta ton di antaranya merupakan sampah plastik yang sulit terurai. Dari jumlah itu, 39 persen atau sekitar 13,4 juta ton sampah belum terkelola dengan baik.
“Kami ajak anak-anak untuk mengetahui persoalan sampah, sekaligus membaca data, sehingga mereka sadar bahwa isu sampah adalah persoalan yang segera harus diatasi,” kata Virine Ireda Pr, S.Pd, guru sekaligus koordinator kegiatan.
Menurut Virine, kegiatan ini bukan sekadar kampanye lingkungan, tetapi juga ajakan untuk bertindak nyata. “Karena mereka tinggal di Salatiga, kita ajak untuk melakukan hal kecil tentang sampah terutama sampah plastik. Do a little thing in the great way, dimulai dari hal kecil tapi dengan cara yang besar, itu yang kami harapkan dari anak-anak,” ujarnya.
Salatiga sendiri masih menghadapi persoalan serius dalam pengelolaan sampah. Setiap hari, 115 ton sampah masuk ke TPA Ngronggo, dan 30 persennya adalah plastik. Sementara itu, 1,64 persen sampah tercatat tidak terkelola dengan baik.
“Saya baca dari berita di media sosial bahwa TPA Ngronggo menyisakan umur operasional sekitar tiga tahun. Maka saya dan teman-teman harus sadar dan bisa berbuat, mulai dari hal kecil seperti mengumpulkan, memilah, lalu mengubah sampah plastik menjadi barang bermanfaat,” kata Rachel Agatha Ranet Bida, siswi kelas IX, di sela-sela kegiatan menimbang sampah.
Ia menambahkan, kegiatan ini juga membuka wawasan baru bagi para siswa. “Kami juga mendapat pengalaman baru, dari sampah yang terkumpul kami jadi tahu dari perusahaan mana saja asalnya,” ujarnya.
Hasil audit menunjukkan, sampah tas plastik sisa belanja rumah tangga menjadi penyumbang terbanyak dengan berat hampir 5 kilogram. Disusul botol air mineral dari sembilan merek ternama dengan total berat 7,319 kilogram, serta botol minuman non-air mineral seberat 3,404 kilogram. Adapun kemasan makanan dan produk rumah tangga lainnya mencapai 6,767 kilogram.
Usai proses pemilahan dan pencatatan, para siswa dibimbing guru untuk mengolah limbah plastik tersebut menjadi produk berguna. Beberapa di antaranya membuat ecobricks dan karya kerajinan sederhana berbahan plastik bekas.
Kegiatan diakhiri dengan suasana penuh semangat. Para siswa tampak antusias mengikuti setiap tahap, menyadari bahwa kepedulian mereka hari ini menjadi investasi untuk bumi di masa depan. “Karena kami yang akan mewarisi bumi ini, kami harus merawatnya,” ujar salah satu siswa menutup kegiatan dengan senyum bangga.(*)












Tinggalkan Balasan