Motor Lawasan, Gaya Hidup Jadul yang Jadi Cuan
Laporan: Muhamad Nuraeni
SALATIGA | HARIAN7.COM – Tren motor klasik kembali jadi magnet. Di tengah gempuran motor-motor modern dengan teknologi serba digital, justru sepeda motor lawasan tampil sebagai ikon gaya hidup jadul yang sarat nostalgia. Dari sekadar tunggangan harian hingga jadi koleksi bernilai tinggi, bisnis motor tua kini mendatangkan cuan segar.
Peluang inilah yang ditangkap Dio Oky Putra (33), pemilik Dio Sun Motor Salatiga. Ia membangun bisnis jual beli motor lawasan, baik unit orisinil maupun hasil restorasi. “Semua motor lawasan ada peminatnya, tergantung selera. Tapi saat ini yang banyak dicari adalah Honda 70 atau pitung dan Honda Win,” ujarnya.
Tak hanya Honda pitung dan Win, showroom Dio menyimpan berbagai model populer lintas dekade. Mulai Honda Grand, Prima, Supra, Suzuki RC Bravo, Kawasaki Kaze, hingga legenda jalanan RX King. “Termasuk Vespa. Stok ini tergantung keadaan juga, kadang ada tapi bisa juga pas kosong karena sudah laku,” kata Dio.
Menurut Dio, pasar motor orisinil dan restorasi punya porsi yang berimbang. “Kalau soal penggemar, bisa dikatakan berimbang. Namun yang pasti motor orisinil harganya lebih tinggi karena untuk mendapatkan barangnya juga lebih susah,” tegasnya.
Pasar Nasional, Harga Fantastis
Menariknya, mayoritas pembeli justru datang dari luar daerah. “Malah yang paling banyak itu konsumen luar daerah, kolektor dari daerah lain. Kalau yang lokal, itu paling kisaran 10 persen dari Salatiga, Solo, Semarang, Yogya,” ungkap Dio. Penjualannya pun tak lagi terbatas tatap muka. Jalur online membuat unitnya bisa melanglang hingga berbagai kota di Indonesia.
Soal harga, Dio menyesuaikan kondisi unit, tingkat kelangkaan, serta histori. Ia mencontohkan Vespa Kongo VGLB yang kini jadi primadona kolektor. “Saat ini untuk stok yang paling mahal ada Vespa Kongo VGLB harga Rp 225 juta, yang pasti pecinta Vespa sudah paham faktor yang membuat mahal. Kalau yang termahal yang pernah saya jual itu Vespa Kongo dijual di angka Rp 200 juta,” kata Dio. Nilai sejarah, jumlah yang terbatas, serta aura ikonik membuat Vespa Kongo menjadi buruan elite.
Hunting yang Penuh Seni
Dio tak sekadar duduk menunggu barang masuk. Ia aktif berburu motor klasik ke berbagai daerah. “Itu seninya soal motor lawasan ini, selain itu juga ada suplier dari berbagai kota atau yang paling sering dapat penawaran dari pengikut media sosial,” paparnya.
Untuk perawatan, motor lawas tentu tak bisa disamakan dengan motor injeksi kekinian. “Karena ini motor klasik antik dan langka, jadi lebih ekstra dibanding motor keluaran terbaru. Tapi tidak perlu dikhawatirkan, karena masih tergolong gampang, sparepartnya pun melimpah,” jelasnya.
Tantangan Bisnis Lawas
Meski pasarnya menjanjikan, tantangan di bisnis motor lawasan kian besar. Kompetitor makin banyak, dan bahan baku motor untuk direstorasi semakin sulit didapat. “Karena juga tidak mudah mendapatkanya dan terus menambah relasi untuk banyak mendapatkan info tentang unit tersebut,” papar Dio.
Di tangan kolektor, motor jadul bukan sekadar alat transportasi. Ia adalah identitas, nostalgia, bahkan investasi. Dan bagi pebisnis seperti Dio, dunia motor lawasan adalah arena perjuangan sekaligus ladang rezeki.(*)
Tinggalkan Balasan