Griya Mas Guru: Surga Jamu Tradisional Kekinian di Muntilan, Wedang Bledhek Paling Diburu!
Istimewa
MAGELANG | HARIAN7.COM — Di tengah gempuran minuman modern, Griya Mas Guru di Dusun Ngadisalam, Desa Gunungpring, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang, justru tampil memikat dengan segelas jamu tradisional yang punya cerita dan cita rasa istimewa! Tak hanya menyehatkan, jamu dan wedang racikan tempat ini diracik dengan sentuhan kekinian yang bikin siapa pun jatuh hati.
Dikelola oleh Itur Yuliastik, Griya Mas Guru menyuguhkan lebih dari sekadar jamu biasa. “Sebab (jamu) tidak melalui satu proses saja. Karena yang paling utama adalah pencucian hingga bersih dan proses lain,” ujarnya. Alhasil, jamu buatan mereka diklaim bisa bertahan hingga satu tahun dengan khasiat yang tetap terjaga!
Tak main-main, Griya Mas Guru menawarkan lebih dari 50 varian wedang dan jamu yang siap menggoda lidah dan menyegarkan tubuh. Delapan di antaranya bisa langsung dinikmati di tempat, sementara 20 varian lainnya berfokus pada pencegahan penyakit. Tak ketinggalan, sekitar 20 varian teh pun hadir sebagai pelengkap, termasuk teh dari bumbu dapur yang punya manfaat khusus.
“Jadi, menu di sini murni karya original kami sendiri. Konsep dari warung ini pun dibuat tradisional mengikuti menu yang kami sajikan,” jelas Itur. Nama-nama wedangnya juga unik, seperti wedang askol (asam urat kolesterol), wedang bledhek, bir plethok, hingga wedang rempus. Semua dibuat dari rempah-rempah alami dan diwarisi dari racikan turun-temurun.
Salah satu yang paling diburu? “Yang paling favorit itu ada wedang bledhek, kopi bledhek, dan wedang uros atau uwuh rosella. Untuk kopi bledhek, rasanya unik karena pakai kopi lanang dan ada rasa pedasnya,” ungkap Itur antusias.
Tak hanya bisa dinikmati langsung, racikan Griya Mas Guru juga tersedia dalam bentuk serbuk yang tinggal diseduh. Varian klasik seperti beras kencur, kunyit asem, hingga teh daun mint bisa dibawa pulang dengan harga terjangkau, hanya Rp10.000 sampai Rp15.000 per bungkus.
Lebih dari sekadar tempat minum jamu, Griya Mas Guru juga menyimpan warisan budaya. Rumah tua peninggalan almarhum Eyang Guru, Sutrisno — orang tua dari pemilik usaha, Agung Taufik — menjadi latar etnik yang memberi nuansa Jawa kental.
“Tempat ini nuansa Jawa, bikin penasaran juga apa yang ditawarkan menyediakan jamu khas zaman dulu dengan makanan sehat segar karena dikukus,” ujar salah satu pengunjung, Ade Srikuncoro Kusumaningtyas.
Ade pun mengaku rutin datang bersama keluarga, terutama saat akhir pekan dan libur. “Resep direbus bebas minyak, jadi tetap sehat kenyang tidak perlu mahal,” tuturnya.
Di Griya Mas Guru, segelas jamu bukan sekadar pelepas dahaga, tapi juga cerita tentang tradisi, kesehatan, dan kerinduan pada suasana desa yang hangat dan menenangkan.(Red/Ady Prasetyo)
Tinggalkan Balasan