Gelar Pasar Tiban Setiap Minggu Legi, Kades Keji Siswanto : Jajanan Kas Desa dan Kebudayaan Lokal Akan Disajikan
![]() |
Kades Keji Ungaran Barat Siswanto. (Foto : Andi Saputra/harian7.com) . |
UNGARAN | HARIAN7.COM – Pemerintah Desa (Pemdes) Desa Keji, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang akan menggelar acara pasar wonosesaji atau pasar tiban yang akan diadakan pada minggu legi, setiap bulan dan diagendakan setiap tahun.
Kepala Desa Keji, Siswanto mengatakan Acara pasar tiban tersebut nanti akan menyuguhkan jajanan kas desa yaitu seperti tetek melek, gendar pecel, cetil dan tiwul yang terbuat dari bahan baku singkong sekaligus warga bisa menikmati jajanan dan kebudayaan lokal yaitu kuda lumping.
“Tujuannya dibuat acara tersebut kenapa harus ada keseniannya agar warga tidak jenuh datang ke pasar kuliner desa wisata dan dari luar desa juga bisa datang untuk menikmatinya,” ujarnya, kepada harian7.com saat ditemui dikantor, Selasa (7/11/2023).
Menurutnya, Tujuan dari Desa wisata Keji ini nanti akan di branding iconnya tetap jajanan tetek melek yang diangkat agar nanti warga-warga luar penasaran jajanan tetek melek itu sendiri seperti apa.
“Nanti kalau ada dari pengunjung wisata diluar daerah Kabupaten Semarang yang akan memesan dari Desa bisa melalui pokdarwis, PKK dan kita siapkan dari para UMKM yang mengelola jajanan tetek melek tersebut,” jelasnya.
Siswanto menututurkan, Sejak dilaunching Desa wisata kemarin karena tujuan dari pemerintah Desa Keji sendiri membuat ini untuk meningkatkan ekonomi masyarakat dan sepakat di pasar kuliner ini harus berdomisili asli warga sini.
“Dari data penjual yang dikumpulkan pokdarwis dari desa itu sudah ada 26 pedagang yang berjualan disini dan juga sudah dibentuk kepengurusan internal sendiri dan juga nanti kemungkinan akan bertambah karena situasi lingkungan juga bertambah luas serta nanti tahun depan rencana akan dianggarkan dari pemerintah desa,” jelasnya.
Siswanto menambahkan, Dari pedagang sendiri jualan seperti jajanan tetek melek dan tiwul sama harganya berkisar Rp 5 ribu sampai Rp 10 ribu. kreativitas warga juga menyediakan besek untuk alas jajanan tersebut dan juga tidak ada bahasa dilokasi wisata tukar uang artinya tetap menghargai rupiah.
“Harapan saya diselenggarakan pasar tiban dari petani Desa Keji bisa bertambah yang kemarin kesulitan hidup dengan adanya desa wisata ini mungkin hasilnya tidak seberapa minimal ada keuntungan jualan disitu karena lahan yang ditempati untuk jualan tidak ada biaya sepeserpun,” pungkasnya.
Penulis : Andi Saputra
Editor : Sodiq
Tinggalkan Balasan