Nyadran Dalam Tradisi Tionghoa, Warga Tionghoa di Salatiga Ziarah Ke Makam Leluhur
Laporan: Muhamad Nuraeni
SALATIGA | HARIAN7.COM – Tidak hanya masyarakat Jawa, etnis Tionghoa juga memiliki ritual nyadran. Nyadran dalam tradisi Tionghoa mengacu pada ritual Qing Ming atau Cheng Beng dalam dialek Hokkian.
Mirip dengan nyadran ala umat Islam tradisional, dalam Qing Ming komunitas Tionghoa melakukan ziarah ke makam leluhur bersama-sama.
Qing Ming menjadi salah satu ritual penting. Seperti di Salatiga misalnya. Puluhan warga Tionghoa di Salatiga menggelar tradisional Qing Ming / Ceng Beng di makam Bancaan.
Tokoh budaya Tionghoa di Salatiga, Imam Bintoro menuturkan, kegiatan ini dilakukan oleh satu keluarga besar. Pada moment ini semua ahli waris berkumpul bersama, berdoa bersama dihadapan makam leluhur mereka.
“Dan disertakan sesajian masakan, makanan didepan makam leluhur. Dilanjutkan makan bersama para ahli waris yang datang di acara,” jelas Imam.
Ia menambahkan, Ceng Beng biasanya digelar bersama pada 5 April. Namun ada juga keluarga yang melakukan sebelumnya.
“Kegiatan diisi dengan tradisi bersih makam, mempercantik makam hingga, renovasi makam. Namun hanya boleh dilakukan 20 hari sebelum tanggal 5 April. Selebih tanggal itu tidak diperkenankan dilaksanakan,”tambahnya.
Imam menuturka, peringatan serentak, biasanya dipandu oleh vihara atau tempat ibadah setempat, dengan menjalankan tata ritual seperti yang telah dilakukan secara turun temurun.
“Selain Qing Ming ada pula perayaan/upacara tradisi yang berhubungan dengan arwah para leluhur , yaitu Cio Koo / Cit Gwee Pwa,”pungkas Imam.(*)
Tinggalkan Balasan