HARIAN 7

JENDELA INFORMASI DAN MITRA BISNIS ANDA

Berhenti Jadi Buruh Pabrik Setelah 17 Tahun, Suliyah Tekuni Usaha Kripik Jiwel Kriyik

Saliyah, saat memperlihatkan Kripik Jiwel, hasil produksinya.

Penulis : Windi Setiyaningtiyas (Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa)

Editor: Iwan Setiawan | Kabiro Banyumas

PURBALINGGA,harian7.com – Jiwel, begitu masyarakat Purbalingga dan sekitarnya menyebut jajanan ini. Jiwel merupakan jajanan tradisional yang terbuat dari singkong. Jiwel hampir bisa ditemui di seluruh Jawa, hanya saja dengan nama yang berbeda. Saat ini jiwel sendiri sudah sangat langka. Di samping proses pembuatan yang sulit, juga bersaing dengan jajanan modern lainnya.

Saliyah (45) warga Watu lawang, RT 02 RW 06, Desa Kalapacung, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga, mulai mengembangkan usaha kripik yang terbuat dari Jiwel selama hampir dua tahun ini. Ia mengaku sebelum menekuni ini, dulunya merupakan buruh disalah satu pabrik  di Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga. Setelah keluar dari pabrik pada awal tahun 2020, Ia mulai mencoba untuk membuat kripik jiwel (kriyik) yang kemudian dititipkan ke warung-warung kecil di sekitar rumah. 

Baca Juga:  Polres Purbalingga Gelar Upacara Sertijab Tiga Kapolsek

“Sebelum buat kriyik seperti sekarang, saya bekerja di PT selama 17 tahun. Setelah berhenti bekerja, saya punya ide untuk menjual sesuatu yang bisa untuk menambah penghasilan sehari-hari. Untuk alasan saya memilih bisnis ini karena kriyik itu jajanan yang jarang di pasaran dan juga proses membuatnya sedikit rumit jadi tidak banyak yang berminat,” Ujar Saliyah, Rabu (08/12/2021).

Baca Juga:  Kecelakaan di Majasari Purbalingga, Satu Pemotor Meninggal Dunia

Perkembangan usaha kriyik selama satu tahun sangatlah terasa. Saliyah kini tidak hanya menjual kriyik-nya di warung kecil sekitar rumah tetapi juga warung di luar desa, pedagang kaki lima dan toko-toko besar. Bahkan beberapa kali mendapatkan ratusan bungkus kriyik untuk hajatan. Perkembangan pesat ini bukan tanpa alasan, Saliyah dengan ketekunan dan keuletan menawarkan dagangannya di berbagai toko, sosial media dan dibantu teman-temannya di pabrik tempatnya bekerja dulu. 

Baca Juga:  Sakit Menahun Tak Kunjung Sembuh, Kakek Asal Purbalingga Akhiri Hidup di Tiang Gantungan

“harapan saya untuk usaha ini semoga bisa terus berkembang, punya mesin untuk mendorong produksi, bisa memiliki karyawan dan bisa menambah varian rasa karena bumbu selain ayam bawang itu pakainya harus banyak dan bisa berpengaruh ke modal pembuatan kriyik.” Terangnya. 

“Saat ini hanya terdapat satu varian rasa yaitu rasa ayam bawang dan dua pilihan ukuran. Ukuran kecil harganya Rp.1000 dan ukuran besar Rp.2000 dengan penjualan sekitar 200 bungkus per hari,” imbuhnya .

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini
error: Content is protected !!