HARIAN 7

JENDELA INFORMASI DAN MITRA BISNIS ANDA

Berpredikat Sebagai Kota Toleran, Salatiga Disebut Ada Kemiripan Dengan Kota Madinah

Salatiga, harian7.com – Walau hanya terdiri dari empat kecamatan, Kota Salatiga menjadi rumah sekitar 30 etnis,  dengan masyarakat yang heterogen. Namun selalu bisa menjaga kerukunan dan menjunjung tinggi toleransi antarumat beragama guna memperkokoh persatuan bangsa.
Itulah yang membuat Kota Salatiga kembali mendapat skor tertinggi dalam indeks Kota Toleran 2017 di Indonesia.

Selain itu Kota Salatiga juga disebut atau diberi label sebagai Indonesia mini. Selain itu di kota ini memiliki dua universitas terkemuka berbasis agama dengan mahasiswa yang berasal dari berbagai wilayah di Indonesia, yakni Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga dan Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW).

Tak hanya itu, Salatiga juga di sebut memiliki kemiripan dengan Kota Madinah dengan Piagam Madinahnya, demikian di ungkapkan M. Rifa Jamaludin Nasir, M.Si.,seorang Dosen Muda dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, saat berbincang dengan harian7.com baru-baru ini.

Saat di tanya apa kemiripannya Kota Salatiga dengan Kota Madinah, M Rifa mengatakan, di Kota Madinah pada zaman dahulu tidak hanya ada umat Islam, namun juga ada umat Nasrani, Yahudi. Namun untuk menjaga kerukunan dan persatuan umat Pada tahun 622, Nabi Muhammad SAW menyusun dan membuat sebuah dokumen yang disebut sebagai  Piagam Madinah’ atau ‘Konstitusi Madinah’, yang merupakan sebuah perjanjian formal antara dirinya dengan semua suku-suku dan kaum-kaum penting di kota Yatsrib, yang kemudian berubah nama menjadi kota Madinah. Hal itulah yang dipahami orang – orang di Madinah saat itu di bawah kepemimpinan Nabi Muhammad SAW.

“Melihat dari sisi tersebut di atas, Persatuan Negeri Madinah, disitu dijelaskan bahwa semua umat di Madinah itu satu, seperti halnya Persatuan Indoensia, tidak ada kata – kata Islam, Nasrani dan Yahudi, tidak ada sebutan suku – suku tertentu di dalamnya, ini yang membuat Salatiga ada kemiripan dengan Kota Madinah,”kata M Rifa.

Lebih lanjut Rifa berharap,  sudah seharusnya warga semua masyarakat di Indonesia ini meniru masyarakat di Kota Salatiga, untuk tetap menjaga kerukunan antar umat beragama dan tidak menjelek – jelekkan satu sama lain. Karena semua manusia itu ada sisi baik dan sisi buruknya. Untuk itu marilah di tahun menjelang pemilu ini kita  sebagai masyarakat di Salatiga,  meski berbeda pilihan namun tetap  meningkatkan toleransi yang sudah terbangun selama ini.

Baca Juga:  Lomba Mewarnai Pelajar SD se Pekalongan, Wisnu Defghi Raih Juara

“Harapan saya, seyogiyanya masyarakat di kota – kota lain di Indonesia ini, meniru masyarakat di Kota Salatiga,  yang selalu menjaga dan meningkatkan toleransi untuk lebih menciptakan nuansa kehidupan bermasyarakat yang damai,” harap Rifa sembari menutup perbincanganya dengan harian7.com.

Secara terpisah, pendapat tersebut senada dengan pernyataan M. Rifa Jamaludin Nasir, M.Si., Ketua Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) Kota Salatiga Drs. Noor Rofiq, saat ditemui harian7.com di kediamannya, Sabtu (22/09/2018) kemarin menyampaikan, di Kota Salatiga ini terdapat semua perbedaan dari sisi keyakinan, suku bangsa dan kebudayaan, namun masih terjalin rasa toleransi yang amat tinggi.

“Di Kota Salatiga ini terdapat semua agama dengan keberagaman etnis serta suku bangsa dan toleransi masyarakat sudah terbangun lama dengan diperkuat berdirinya Majelis Puasa hingga adanya FKUB,”tutur Nor Rofiq.

Lebih lanjut Nor Rofiq menyampaikan, jauh sebelum ditetapkan FKUB oleh pemerintah pusat sekitar tahun 2006/2007, di Kota Salatiga telah ada forum antar pemuka agama bernama Majelis Puasa (Majelis Pimpinan Umat Agama Salatiga), yang didirikan oleh para pemuka agama di Kota Salatiga padabtahun 2000/2001, sehingga membuat iklim kehidupan bermasyarakat di Kota Salatiga selalu sejuk, dan damai.

Tingginya rasa toleransi antar umat beragama dengan berbagai macam latar belakang etnis dan suku bangsa inilah yang membuat Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama RI kala itu datang ke Salatiga untuk melihat langsung kegiatan Majelis Puasa dalam mempersatukan umat beragama di Kota Salatiga.

“Atas dasar konsep – konsep menjaga keberagaman dalam setiap kegiatan Majelis Puasa, kemudian mengilhami ditetapkannya FKUB secara nasional,” tutur Noor Rofiq.

Ketika ditanya agenda kegiatan FKUB, dijelaskan oleh Noor Rofiq ada pertemuan para pemimpin keagamaan sebulan sekali untuk membahas segala permasalahan terkait kerukunan, dan mencari solusi terbaiknya sehingga tidak ada gejolak di masyarakat serta memberikan contoh langsung kepada masyarakat pada umumnya.

“Rutinitas pertemuan antar pemuka agama dalam FKUB secara bergantian, sangat penting untuk menangkal masuknya faham radikal yang dapat memecah belah umat beragama, dan terpenting dengan adanya forum komunikasi dalam Majelis Puasa, memberi contoh langsung tentang kerukunan kepada masyarakat luas,” jelas Noor Rofiq terkait agenda kegiatan FKUB.

Baca Juga:  Ngaku Masih Bujang, Oknum Angota TNI Diduga Tipu Wartawati Hingga Puluhan Juta Rupiah

Dengan adanya FKUB diharapkan dapat meningkatkan tiga pilar kerukunan yaitu, kerukunan dalam kehidupan beragama, kerukunan dalam kehidupan masyarakat dengan pemerintah dan kerukunan antar umat beragama itu sendiri.

Atas dasar tersebut, Noor Rofiq sependapat bila kesepahaman antar tokoh agama di Kota Salatiga, sama dengan isi Piagam Madinah, “Masing – masing pemimpin umat beragama menjaga kerukunan umatnya. Contoh bila ada faham yang radikal dan negatif dari umat Islam, yang di depan ya umat Islam dan umat beragama lainnya mendukung di belakang dan sebaliknya,” jelasnya.

Noor Rofiq menyampaikan lagi fakta lain tentang tingginya toleransi di Kota Salatiga, “Insya Allah, warga Salatiga tidak akan terpengaruh dengan adanya faham – faham yang negatif. Sehingga bila Salatiga menjadi kota ter toleran se Indonesia sebanyak dua kali berturut – turut, ya sudah wajar, karena adanya acara – acara keagamaan sering dilakukan bersama – sama di satu tempat terbuka, Lapangan Pancasila, Kota Salatiga,” kata Noor Rofiq mantap.

Saat ditanyakan terkait peran dunia pendidikan dalam keaktifan membina penanaman karakter kebangsaan untuk toleransi, Noor Rofiq menyatakan bahwa saat ini sudah sangat berkurang sekali muatan pendidikan yang menanamkan karakter dan budaya dalam menjaga jati diri bangsa Indonesia dalam wadah Bhineka Tunggal Ika.

“Sekarang ini sudah semakin berkurang muatan dalam dunia pendidikan untuk penanaman karakter kebangsaan dan budaya kepada para siswa, sehingga kecenderungan generasi muda sekarang hampir kehilangan jati dirinya sebagai bangsa Indonesia,” jelasnya kemudian.

Terkait akan diselenggarakannya pesta demokrasi tahun 2019, Noor Rofiq sebagai ketua FKUB Kota Salatiga, menegaskan bahwa perbedaan pilihan dalam proses demokrasi untuk warga Salatiga, tidak mengubah sikap saling menghargai. Setelah semua proses demokrasi seperti pemilu dan pemilukada selesai masyarakat segera kembali pada suasana rukun seperti sedia kala. Namun dirinya juga berharap bahwa dunia pendidikan mempunyai peran penting dalam menanamkan karakter kebangsaan, karena pendidikan menjadi saka guru terbentuknya generasi penerus yang tetap memegang teguh nilai – nilai perjuangan, toleransi para pendiri bangsa Indonesia.

“Untuk masyarakat Kota Salatiga tidak pernah bersilang pendapat yang berkepanjangan dalam proses demokrasi, seperti halnya dalam proses pemilu atau pemilukada, setelah semua proses usai ya sudah, masyarakat kembali pada aktifitas semula, namun saya sangat mengharapkan dunia pendidikan juga semakin intens dalam menanamkan pendidikan karakter kebangsaan, karena dunia pendidikan merupakan saka guru terbentuknya generasi penerus yang tetap memegang teguh nilai – nilai perjuangan, toleransi para pendiri bangsa Indonesia,” tegas Noor Rofiq.

Baca Juga:  Masjid Al Manaar 1 Cilacap Bagikan Sedekah Tiap Jumat Dan Minggu Dalam Bentuk Bahan Mentah

Pandangan Walikota Salatiga: Tingkat Toleransi di Kota Salatiga Tumbuh Dari Kesadaran Masyarakat

Secara terpisah, Walikota Salatiga Yulianto, S.E., M.M., saat ditemui harian7.com di rumah dinas Walikota, Jalan Diponegoro, menyampaikan bahwa adanya FKUB menjadikan masyarakat Kota Salatiga selalu memegang teguh rasa toleransi.

“Kota Salatiga ini kota heterogen, namun heterogenitas tersebut bukan sebagai penghambat, namun menjadi penyemangat untuk tetap bersinergi dan berpartisipasi aktif bersama membangun Kota Salatiga, baik dari tokoh masyarakat, tokoh agama, masyarakat umum dan swasta,” kata Yulianto.

Kemudian Yulianto menjelaskan lebih lanjut tentang keberagaman dan rasa toleransi masyarakat Salatiga, yang tidak lepas dari peran serta Pemerintah Kota Salatiga dalam membina kerukunan dan toleransi.

“Hal ini tidak lepas dari peran serta pemerintah Kota Salatiga dengan memfasilitasi dialog para tokoh – tokoh agama baik secara formal maupun nonformal dari tingkat kota, kecamatan, dengan mengajak para tokoh agama dan tokoh masyarakat studi banding ke kota/kabupaten lain untuk lebih mengenal secara jauh dan membuka wawasan mereka agar dapat memahami setiap perbedaan,” tutur Yulianto.

Yulianto melanjutkan bahasannya terkait perbedaan, “Perbedaan bukan sebagai sebuah masalah namun perbedaan menjadi sebuah kekuatan, untuk tetap bersinergi, saling memberi masukan sehingga dapat melengkapi satu sama lain,” tuturnya.

Untuk dukungan di bidang penelitian akademis tentang heterogenitas masyarakat Kota Salatiga seringkali sebagai acuan untuk kota/kabupaten lain, dan Walikota Salatiga Yulianto, memberikan ruang kepada para akademisi untun meneliti lebih jauh mengenai kerukunan di Kota Salatiga.

“Pemerintah Kota Salatiga terbuka pada penelitian tentang keberagaman,” imbuh Yulianto.

Ditegaskan oleh Walikota Salatiga, yang berkeinginan menciptakan kehidupan bermasyarakat yang bertoleransi tinggi tumbuh dari masyarakat Kota Salatiga sendiri, yang ingin hidup damai dan berdampingan dengan rukun.

“Kesadaran bertoleransi, tumbuh dari masyarakat Kota Salatiga dengan sendirinya,” pungkasnya.

Hal ini karena tingkat pendidikan masyarakat Kota Salatiga relatif tinggi dan didukung oleh angka kemiskinan yang rendah di Kota Salatiga.(M.Nur/Agus S)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini

TERKINI

error: Content is protected !!