HARIAN 7

JENDELA INFORMASI DAN MITRA BISNIS ANDA

CAPLOK, Rancangan Program Berbasis Pelibatan Komunitas untuk Regenerasi Petani Muda

Laporan : Ratmaningsih

TEMANGGUNG | HARIAN7.COM – Empat mahasiswa Universitas Multimedia Nusantara (UMN) yang tergabung dalam program Social Impact Initiative (SII) berkolaborasi dengan Spedagi Movement dan Pasar Papringan menggelar kegiatan edukasi pengenalan Tanaman Obat Keluarga (TOGA) bertajuk CAPLOK (Bocah Paham Lokal) di Dusun Ngadiprono, Temanggung, Sabtu (29/11/2025). Program ini merupakan bagian dari aktivitas magang dengan fokus pada community engagement.

Kegiatan diikuti oleh 18 anak jenjang TK–SD dari Dusun Ngadiprono. Melalui pendekatan pembelajaran interaktif dan berbasis komunitas, CAPLOK bertujuan menumbuhkan kesadaran generasi muda akan potensi lokal sekaligus merespons isu regenerasi petani di wilayah tersebut. Anak-anak bersama pendamping dan tim CAPLOK menampilkan hasil kegiatan pengenalan TOGA serta membawa pulang grow kit sebagai bagian dari edukasi potensi lokal desa.

Baca Juga:  Dapatkan Gelar Pahlawan Nasional, Dua Tokoh NU Jadi Inspirasi Perjuangan PKB

“Program CAPLOK dirancang sebagai kegiatan berbasis pelibatan komunitas, di mana anak-anak ditempatkan sebagai agent of change sekaligus target of change dalam upaya pelestarian dan regenerasi pengetahuan mengenai TOGA. Kegiatan ini berangkat dari isu utama di Dusun Ngadiprono terkait kekhawatiran terhadap hilangnya regenerasi petani mengingat Pak Harun diketahui sebagai generasi terakhir petani di dusun ini. Hal ini mendorong perlunya pengenalan tanaman lokal sejak dini agar anak-anak mampu memahami nilai, manfaat, serta potensi TOGA bagi kehidupan mereka di masa depan,” ujar Vanessa, salah satu mahasiswa.

Dalam kegiatan tersebut, anak-anak dibimbing oleh Harun dan Hendro, petani muda Dusun Ngadiprono. Mereka dibagi menjadi dua kelompok dan diajak berkeliling mengenali jenis-jenis TOGA di taman depan rumah serta sepanjang jalur Pasar Papringan. Berbagai tanaman lokal diperkenalkan, seperti jahe, kunyit, sereh, daun talas, hingga suweg, dengan metode kreatif melalui cerita mengenai “kekuatan super” setiap tanaman agar lebih mudah dipahami.

Baca Juga:  Heboh, Tanah di Depan Rumah Warga Muncul Asap dan Berbau Belerang

Setelah sesi eksplorasi, kegiatan dilanjutkan dengan edukasi menggunakan flashcard khusus. Bagian depan berisi foto tanaman, sementara bagian belakang menampilkan ilustrasi rimpang atau buah beserta manfaatnya. Anak-anak juga diminta memecahkan studi kasus sederhana terkait penggunaan TOGA dalam kehidupan sehari-hari.

Kegiatan ditutup dengan pembagian grow kit berupa tanaman onclang/daun bawang yang ditanam dalam pot bambu dan dilindungi tas anyaman bambu. Anak-anak kemudian mempraktikkan cara menanam dan merawat tanaman tersebut.

Baca Juga:  1 Warga Diduga Positif Virus Corona Malam Ini Dirujuk ke RS Kariadi, Walikota Salatiga : 'Masyarakat Jangan Percaya Berita Hoax, Percayakan Berita Dari Pemerintah'

Hendro, petani muda pendamping kegiatan, menyampaikan pentingnya edukasi sejak dini.

“TOGA sebenarnya terlihat sederhana, tetapi manfaatnya banyak. Anak-anak perlu tahu sejak kecil supaya mereka paham bahwa tanaman di sekitar rumah bisa jadi penolong dan punya nilai besar.”

Program CAPLOK menegaskan bahwa pelestarian potensi lokal tidak harus melalui proyek besar, melainkan dapat dimulai dari pengalaman kecil yang dekat dengan keseharian. Dengan pendekatan bermain, bercerita, dan praktik langsung, kegiatan ini diharapkan mampu memicu rasa ingin tahu dan menumbuhkan budaya merawat tanaman secara berkelanjutan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini
error: Content is protected !!