Satu Tahun Beroperasi, Pemanfaatan Berkelanjutan 47.000 Ton Sampah Cilacap Jadi Bahan Bakar
Pewarta : Rusmono
Editor. : Abdurrochman
CILACAP, Harian7.com – Fasilitas pengolahan sampah menjadi bahan bakar alternatif atau RDF (Refuse Derived Fuel) di Kabupaten Cilacap telah beroperasi selama satu tahun sejak diresmikan pada 21 Juli 2020. Fasilitas ini telah memberikan manfaat atau solusi berkelanjutan bagi permasalahan sampah di Kabupaten Cilacap.
“Kami mencatat pada Juni 2021 setelah beroperasi 1 tahun, sampah yang telah diolah untuk dijadikan bahan bakar alternative mencapai sekitar 47.000 ton, hal ini menunjukan keberadaan fasilitas RDF telah mampu membuat paradigma baru cara memanfaatkan sampah, dan sampah masih memiliki nilai ekonomis,” ungkap Wasi Aryadi, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekda yang merangkap Plt. Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Cilacap, Jumat (13/08/2021).
Dengan adanya fasilitas pengolahan sampah RDF dan teknik pengolahan sampah yang lebih ramah lingkungan membantu mengurangi, bahkan menghilangkan potensi pencemaran tanah oleh air lindi serta penumpukan sampah yang menimbulkan bau menyengat, dan tidak adanya investasi untuk pembelian lahan baru untuk lokasi penumpukan sampah.
Pemanfaatan sampah menjadi bahan bakar alternative saat ini masih menjadi salah satu pilihan terbaik selain dimanfaatkan menjadi tenaga listrik.
Keberadaan industri semen di Kabupaten Cilacap menjadi pemetik manfaat dari hasil pengolahan sampah menjadi kunci untuk keberlanjutan dan pengembangan dari fasilitas pengolahan sampah di Kabupaten Cilacap.
“Sampah yang telah diolah di fasilitas pengolahan sampah menjadi bahan bakar akan kami gunakan sebagai bahan bakar di industri semen yang akan menggantikan sebagian batu bara, sampai saat ini operasi kami berjalan lancar,“ jelas Istifaul Amin , General Manager Solusi Bangun Indonesia pabrik Cilacap yang merupakan anak perusahaan PT Semen Indonesia ( Persero ) Tbk.
Sampah kering yang dihasilkan dari fasilitas pengolahan sampah yang siap dibakar di pabrik semen memiliki kadar air di bawah 25 persen. Untuk mencapai kadar air tersebut proses pengolahan sampah menggunakan metode pengeringan Bio Drying selama 21 hari.
Saat ini fasilitas pengolahan sampah terus melakukan pembenahan, berbagai stakeholders memberikan perhatian serius untuk keberlangsungan dan kelancaran operasional. Potensi untuk menambah jumlah sampah yang diolah sangat terbuka, sehingga kemampuan pengolahan akan lebih optimal dan menghasilkan sampah kering sebagai bahan bakar alternatif dalam jumlah yang besar.
“Selain memanfatkan sampah sebagai bahan bakar, kami juga mengembangkan pemberdayaan masyarakat dengan pembentukan Bank Sampah dan gerakan pilah sampah dari rumah, dan memanfaatkan sampah basah untuk pupuk,” ungkapnya.
Seiring dengan berjalannya waktu dan pertumbuhan penduduk, jumlah sampah akan terus meningkat, diperlukan upaya lain untuk mengelola sampah agar lebih bermanfaat.
Terbentuknya Bank Sampah diberbagai tempat dan Gerakan Pilah Sampah dari rumah telah banyak membantu dalam penanganan sampah mulai dari sumbernya.
Memanfaatkan sampah untuk bahan bakar alternative dan pemanfaatan lain adalah bentuk kepedulian dan cinta lingkungan hidup yang bersih dan berkelanjutan. (*)
Tinggalkan Balasan