Pati dan Banyumas Pukau Pengunjung Komukino Fest 2025 Lewat Barongan hingga Filosofi Mendoan
SEMARANG|HARIAN7.COM – Festival Komunikasi dan Inovasi (Komukino) 2025 resmi dibuka, menampilkan kekayaan budaya dari dua wilayah karesidenan di Jawa Tengah: Pati dan Banyumas.
Mengusung tema “Jateng Ayem”, festival tahunan ini menjadi panggung bagi kedua daerah untuk berkolaborasi dalam seni pertunjukan, inovasi kuliner, dan edukasi budaya yang memikat publik.
Acara yang digelar di Semarang pada 18 Desember 2025 ini bertujuan memperkenalkan identitas khas masing-masing wilayah melalui pendekatan yang mendalam dan interaktif, mulai dari booth edukatif hingga pertunjukan tradisional.
Pati Hadirkan “Bumi Mina Tani” dan Cerita Joko Lodro
Karesidenan Pati, melalui perwakilannya Cindy, fokus mengangkat tema “Bumi Mina Tani”, yang merefleksikan karakter daerah agraris dan maritim. Booth Pati dibagi menjadi tiga zona: pengetahuan, perairan, dan pertanian, lengkap dengan ikon gunungan hasil bumi sebagai simbol kemakmuran.
“Kami ingin menampilkan identitas Pati secara utuh, dari sejarah, laut, hingga hasil bumi. Tiga zona ini disusun agar pengunjung bisa belajar sekaligus merasakan atmosfer budaya kami,” ujar Cindy.
Dalam inovasi kuliner, Pati mendobrak tradisi dengan menghadirkan donat tape, modifikasi modern dari kudapan lokal, serta Kopi Jollong Gula Aren untuk memperkenalkan biji kopi unggulan dari dataran tinggi Pati.
Puncak partisipasi Pati adalah pertunjukan Barongan yang berkolaborasi dengan komunitas Samin Edan. Penampilan ini membawakan kisah Joko Lodro, menekankan nilai moral tentang keberanian dan semangat pantang menyerah.
Banyumas Tampilkan Keluwesan Lengger dan Makna Mendoan
Dari sisi barat Jawa Tengah, Karesidenan Banyumas yang diwakili oleh Khoir, menampilkan sisi ceria dan sakral budaya mereka. Pertunjukan karawitan bernuansa Banyumasan mengiringi pengenalan berbagai tradisi yang masih lestari, seperti Ebeg (Kuda Lumping), Lengger (tarian sakral kesuburan), dan Begalan (seni tutur nasihat pernikahan).
“Masyarakat Banyumas itu masih dekat dengan tradisinya. Mau zaman berkembang seperti apa pun, kesenian kami tetap hidup dan dijaga bersama-sama,” ungkap Khoir.
Kuliner ikonik Tempe Mendoan turut diangkat bukan sekadar sebagai gorengan, melainkan dengan filosofi mendalam. “Mendo itu berarti lembek, menggambarkan kesederhanaan serta kerendahan hati masyarakat Banyumas,” jelas Khoir.
Para perwakilan berharap Komukino Fest 2025 dapat meningkatkan kebanggaan masyarakat lokal terhadap budayanya dan menarik minat generasi muda serta wisatawan untuk menjelajahi kekayaan maritim, agraris, sejarah, dan keramahan yang ditawarkan oleh kedua karesidenan tersebut.(*)
Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini












Tinggalkan Balasan