Renjana Karya: Ketika Guru-Guru ‘Curhat’ Lewat Karya, Bukan Sekadar Ngajar
Laporan: Fera Marita | Editor: Muhamad Nuraeni
SALATIGA | HARIAN7.COM – Siapa bilang guru cuma bisa mengajar? Di tangan para fasilitator TK Lebah Putih, SD School of Life Lebah Putih, dan SMP Arunika, profesi guru naik kelas menjadi seniman gagasan sekaligus peneliti kelas. Mereka membuktikannya lewat Renjana Karya, sebuah pameran reflektif penuh warna yang digelar di SDN 01 Kalibeji, Kabupaten Semarang.
Bukan tanpa alasan lokasi ini dipilih. “Kami ingin mempererat kerja sama yang sudah terjalin antara sekolah kami dengan SD Kalibeji. Supaya guru-guru dari Salatiga bisa belajar dari sekolah di Kabupaten Semarang, begitu juga sebaliknya,” ujar kak Gita, panitia sekaligus fasilitator Lebah Putih.
12 Karya, 12 Curhat Pendidikan yang Serius
Bukan karya asal-asalan. Sebanyak 12 projek yang dipamerkan bukan hasil pelatihan instan, melainkan buah dari keprihatinan yang menyala di ruang kelas. Para guru—yang dalam ekosistem ini disebut fasilitator—menyentuh isu-isu nyata lewat riset kecil dan refleksi mendalam.
Mereka tidak sekadar mendampingi siswa membuat projek, tapi ikut ‘turun tangan’ membuat projek sendiri. “Biasanya kami membimbing anak membuat projek. Kali ini kami yang membuatnya. Rasanya seperti menemukan kembali jati diri sebagai guru,” kata kak Windi, fasilitator SMP Arunika.
Bukan Pameran Biasa, Tapi Ladang Uji Nyali
Pameran ini bukan sekadar etalase, tapi juga lab uji. Lebih dari 75 pengunjung hadir, termasuk 42 guru, 2 dosen, dan puluhan siswa serta orangtua. Mereka tidak hanya menonton, tapi terlibat aktif memberi masukan.
Format bottom-up problem solving diuji langsung. Guru mengajukan ide, pengunjung menanggapi, bahkan mengkritisi. Proses ini menciptakan interaksi yang hidup dan penuh semangat.
“Saya kagum melihat bagaimana guru mengemas pembelajaran menjadi sesuatu yang hidup dan menyentuh,” ujar Anton, seorang guru SD dari Kabupaten Semarang.
Sudut Rasa, Sudut Refleksi
Pameran ini juga menyulap tiap sudut sekolah menjadi ruang inspirasi. Dari media belajar kreatif hingga cara mengelola emosi anak, semua ditampilkan dengan sentuhan personal. Ibu Sri dari Rowosari mengaku terinspirasi. “Saya senang mendapat ide dari sudut rasa, semoga Renjana Karya bisa hadir juga di sekolah kami,” katanya.
Bahkan para wali murid pun ikut terpukau. “Kalau para kakak fasilitator sekeren ini, saya deg-degan membayangkan proyek anak-anak nanti. Pasti makin menantang dan seru,” ujar Bunda Mia dari TK Lebah Putih sambil tersenyum.
Gerakan Guru yang Tak Mau Diam
Renjana Karya bukan akhir, tapi awal dari gerakan yang lebih besar. Gerakan guru-guru yang tak mau terjebak rutinitas. Yang berani bertanya, mencari, dan mencipta.
“Kami mengajak sekolah lain, komunitas guru, dan Dinas Pendidikan untuk ikut bergerak. Bangunlah ruang refleksi antar guru. Jadikan inovasi sebagai budaya, bukan program sesaat,” tegas kak Gita menutup pameran.
Dari Kalibeji, Kabupaten Semarang, Renjana Karya menyebar. Menyalakan kembali bara semangat di dada para pendidik. Karena menjadi guru, sejatinya adalah proses terus-menerus menjadi manusia yang belajar.
Tinggalkan Balasan