Gunungan Pangan Menyapa Altar: Gereja Paulus Miki Rayakan HPS dengan Cita Rasa Nusantara
Laporan: Muhamad Nuraeni
SALATIGA | HARIAN7.COM – Suasana Misa Minggu pagi di Gereja Santo Paulus Miki, Salatiga, terasa berbeda, 19 Oktober 2025. Dentuman musik tradisional dan langkah-langkah para pengusung gunungan membuka perayaan Hari Pangan Sedunia (HPS) 2025 yang jatuh pada 16 Oktober.
Gunungan hasil bumi itu diarak memasuki gereja, diusung oleh perwakilan Komunitas Mahasiswa Papua dan PMKRI. Di belakangnya, ibu-ibu Paroki dan WKRI membawa tampah berisi pangan lokal Salatiga, diiringi tarian anak-anak SD Kanisius Cungkup.
“Ini sebagai wujud persembahan dari masyarakat dan wujud syukur bahwa kita telah dikaruniai sumber pangan lokal yang melimpah,” kata Albertus Heri Nugroho, Ketua Panitia HPS 2025 Gereja Santo Paulus Miki Salatiga.
Gunungan berisi hasil bumi dari para petani anggota Serikat Petani Qaryah Thayyibah (SPPQT), Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama (LPPNU), Kursus Pertanian Terpadu Taman Tani (KPTT), serta petani mitra dari WKRI.
“Kami merasa bangga karena gunungan yang diarak di dalam gereja dan akan dibagi kepada umat Katolik ini merupakan sumbangan dari petani yang kebetulan beragama muslim. Kami mencoba menyampaikan pesan toleransi beragama dan penghargaan kepada petani melalui event ini,” ungkap Albertus.
Di depan gereja, Romo Petrus Lasadi MSF, akrab disapa Romo Lala, memberi apresiasi mendalam kepada para petani.
“Terima kasih teman-teman kelompok tani, yang namanya pangan itu tidak mengenal agama seperti pangan yang kita makan setiap hari, ternyata ditanam juga oleh saudara-saudara kita non Kristiani,” katanya.
“Maka jangan pernah sisakan sedikitpun makananmu, hargai jerih payah mereka. Sebutir nasi dihasilkan dari cucuran keringat mereka. Maka perayaan HPS ini sekaligus mengajak kita semua untuk menghargai pangan lokal sekaligus mengajak kita berkomitmen dalam melestarikan bumi sebagai Rumah kita,” ujar Romo Lala.
Belajar Pangan Lewat Permainan
Perayaan HPS 2025 tak hanya diisi misa dan arak-arakan. Panitia juga menyiapkan wahana edukatif bagi anak-anak dengan tujuh permainan tematik Hari Pangan Sedunia 2025. Yang paling ramai adalah Ular Tangga HPS 2025 karya Komunitas Orang Muda Gereja Paulus Miki.
Melalui permainan itu, anak-anak belajar tentang pangan lokal, kelestarian alam, dan tanggung jawab menjaga bumi.
“Saya senang bisa belajar sambil bermain, banyak tebakan-tebakan di setiap tangga yang ada di permainan ini, walaupun susah tapi permainan ini asyik,” kata salah satu peserta permainan yang diberi nama 7 Badge Challenge.
Setiap anak harus menuntaskan tujuh tantangan untuk mendapatkan badge yang ditempel di gambar bumi rusak.
“Dengan menempelkan badge atau stiker yang didapat anak-anak, mereka menyatakan bahwa bumi sebagai Rumah Kita semua harus dirawat,” kata Tirta, salah satu pentolan Orang Muda Gereja Paulus Miki.
“Anak-anak ini pemilik masa depan, maka mereka kita ajak untuk bersama-sama menjaga bumi ini,” tutupnya.
Dari Gunungan hingga Bazar Pangan Lokal
Kemeriahan HPS 2025 tak berhenti di situ. Panitia juga menggelar bazar UMKM, workshop membatik bersama Komunitas Soramata, edukasi ketahanan pangan bersama KPTT, dan lomba memasak bahan pangan lokal yang diikuti para ibu dari berbagai wilayah.
“Semua elemen terlibat dalam kegiatan HPS 2025 ini, partisipasi seluruh umat menjadi penting bagi kami penyelenggara,” kata Markus Haryono, Ketua Tim Pengembangan Sosial Ekonomi yang menjadi penggagas acara ini.(*)
Tinggalkan Balasan