Muskot Perbasi Salatiga Memanas: Klub Non-Pemilik Suara Meradang, Ketua Baru Terpilih dari Nama Tak Terduga
Laporan: Muhamad Nuraeni
SALATIGA | HARIAN7.COM – Aroma tak sedap menyelimuti pelaksanaan Musyawarah Kota (Muskot) Perbasi Salatiga. Forum yang seharusnya jadi wadah demokrasi klub bola basket itu justru memantik kekecewaan. Pemilihan ketua baru memanas, lantaran munculnya nama di luar bursa yang sebelumnya sempat dibahas dalam pra musyawarah.
Prof Yafet Rissy akhirnya terpilih sebagai ketua baru. Namun, proses menuju penetapan itu bukan tanpa riak. Bahkan, polemik sudah tercium sejak jauh hari sebelum Muskot digelar. Dari 11 klub yang ada di Salatiga, hanya tiga yang diakui sebagai pemilik suara. Penetapan itu merujuk pada keputusan Perbasi Provinsi. Klub-klub lainnya hanya bisa menonton dari pinggir lapangan, tanpa kuasa dalam pemilihan.
Situasi tersebut sempat memicu kegelisahan. Pengurus Perbasi pun menginisiasi musyawarah pra Muskot. Semua klub diundang. Di forum itu, seluruh peserta sepakat menyampaikan aspirasi dan mengusulkan nama-nama bakal calon ketua. Muncullah tiga nama dari hasil musyawarah tersebut.
Namun ketika hari H Muskot tiba, suasana mendadak berubah. Tiga klub pemilik suara—Satya Wacana, Lord, dan Mountville—telah bulat bersikap. Mereka menyodorkan satu nama baru, yang tak muncul di forum sebelumnya. Nama itulah yang kemudian terpilih: Prof Yafet Rissy.
Langkah sepihak itu kontan memantik reaksi keras. Klub-klub yang sempat memberikan aspirasi dalam pra Muskot merasa dilecehkan. “Artinya musyawarah pra Muskot yang dilakukan kemarin sia-sia,” ujar Agus ‘Gochi’ dari klub Rajawali, menyindir proses yang menurutnya hanya formalitas belaka.
Nada senada juga datang dari peserta lain, Jalu. Ia mengaku sejak awal sudah menaruh curiga. “Saya dari awal sudah mempertanyakan, jika pemilik suara hanya tiga ya tidak perlu ada musyawarah dengan klub lainnya,” tandasnya.
Kendati banyak pertanyaan muncul, forum Muskot tetap berlanjut tanpa banyak debat. Pimpinan sidang, Arief Sadjiarto, menyatakan pemilihan selesai dan sah. Suasana pun berakhir dingin—meski bara kekecewaan masih menyala di kalangan klub yang tak punya suara.(*)
Berita sebelumnya:
Tinggalkan Balasan