Raih Juara 1 Krenova Salatita, Batik Soramata Tawarkan Solusi Fashion Anti-UV Berbasis Lingkungan
Laporan: Muhamad Nuraeni
SALATIGA | HARIAN7.COM – Inovasi berbasis kearifan lokal kembali mencuri perhatian. Komunitas Soramata asal Kota Salatiga, Jawa Tengah, mengembangkan batik dengan teknologi perlindungan sinar ultraviolet (UV), tanpa meninggalkan prinsip ramah lingkungan. Produk ini tidak hanya memperkaya makna batik sebagai warisan budaya, namun juga menambahkan fungsi perlindungan bagi penggunanya.
“Inovasi ini kami lakukan sebagai respons terhadap isu lingkungan yang kian serius. Batik kini tidak hanya tampil sebagai fashion, tetapi juga mampu melindungi pemakainya dari paparan sinar UV,” ujar Titi Permata, Founder Soramata, saat ditemui di kediamannya di Blotongan, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga, Jumat (13/6/2025).
Menurut Titi, efektivitas batik pelindung UV ini telah diuji menggunakan alat ukur sinar ultraviolet. “Kami sudah coba di cuaca panas Salatiga dan hasilnya bisa melindungi dengan tingkat 100%. Kalau untuk daerah panas ekstrem, kita belum melakukan risetnya,” jelasnya.
Katun Mentah dan Pewarna Alami, Kunci Utama Inovasi
Proses pembuatan batik pelindung UV tidak jauh berbeda dari batik pada umumnya. Namun, Soramata menggunakan kain katun mentah yang belum diputihkan dengan tingkat kerapatan tinggi, sehingga memberi tekstur tebal namun tetap nyaman di kulit.
“Dengan jenis kain ini, kami ingin tetap mempertahankan kenyamanan pemakai. Tidak gerah, meski kainnya tebal,” tambah Titi.
Unsur keberlanjutan menjadi perhatian utama Soramata. Pewarna yang digunakan berasal dari bahan-bahan alami seperti daun teh, daun kopi, kulit manggis, hingga kulit mahoni. Proses pewarnaannya pun memakan waktu cukup panjang. “Proses untuk menghasilkan warna yang diinginkan bisa sampai satu bulan. Untuk pewarnaan ke kain bisa celup dan keringkan hingga 30 kali,” ungkapnya.
Air yang digunakan pun dipilih dari sumber hujan dan sumur dangkal. Selain itu, limbah cair dari proses membatik diolah kembali agar tidak mencemari lingkungan. “Dalam proses ini, kami juga mengolah limbahnya sehingga aman untuk dikembalikan ke alam,” ujar Titi.
Harga Premium untuk Kualitas dan Nilai Tambah
Batik pelindung sinar UV dari Soramata dipasarkan dengan harga mulai dari Rp 1 juta per meter. Meski tergolong premium, Titi menyebut produk ini tetap diminati. Untuk pasar generasi muda, ditawarkan dalam potongan kecil atau melalui program workshop pembuatan batik.
“Atau bisa juga mengikuti workshop kami untuk mendapatkan produk kami. Tapi mereka harus bersabar membuat dari potongan-potongan kecil,” ucap Titi.
Permintaan Mancanegara dan Penghargaan Lokal
Meski produksinya masih berskala rumahan dan terbatas pada jaringan komunitas, produk ini sudah menembus pasar internasional. Salah satunya, kain batik UV Soramata pernah dipesan untuk kapal pribadi berbendera Australia, dalam bentuk tirai, kain, dan hoodie.
“Untuk permintaan pertama kami buat dalam bentuk tirai itu untuk kapal pribadi. Kemudian dalam bentuk kain dan hoodie,” terang Titi.
Inovasi batik pelindung UV ini juga telah meraih peringkat pertama dalam lomba Kreativitas dan Inovasi (Krenova) Kota Salatiga, dan akan mewakili kota tersebut di tingkat Jawa Tengah.
Dengan pendekatan berbasis lingkungan, teknologi sederhana, dan nilai budaya yang tinggi, batik Soramata bukan sekadar produk tekstil, melainkan solusi kreatif menghadapi tantangan iklim dan tren fesyen masa kini.(*)
Tinggalkan Balasan