HARIAN 7

JENDELA INFORMASI DAN MITRA BISNIS ANDA

Jelang Malam Satu Suro, Penjual Kembang di Salatiga Laris Manis

Laporan: Muhamad Nuraeni

SALATIGA | HARIAN7.COM – Menjelang malam pergantian tahun baru Islam atau 1 Muharam dalam kalender Hijriyah, tradisi Jawa kembali menghidupkan suasana khas “Malam Satu Suro”. Nuansa sakral malam tersebut terasa kental, terutama di Kota Salatiga, yang masyarakatnya masih menjaga ritual budaya turun-temurun.

Malam 1 Suro, yang diyakini memiliki nilai spiritual tinggi, biasa diisi dengan berbagai kegiatan ritual seperti jamasan pusaka (mensucikan benda-benda pusaka), mandi kembang, hingga selametan bubur suro. Di balik semua itu, masyarakat juga memanfaatkan momen tersebut untuk memanjatkan doa kepada Sang Pencipta dengan harapan diberi kemudahan, rezeki, dan keselamatan selama setahun ke depan.

Baca Juga:  Membandel! Investor New Celosia Tak Gubris Teguran, DPRD Minta Pembangunan Dihentikan

Pantauan harian7.com di kawasan Jalan Jendral Sudirman Salatiga, Kamis (26/6/2025), tampak para pembeli memadati lapak-lapak penjual bunga. Jenis bunga yang paling diburu masyarakat antara lain kembang setaman tujuh rupa, kembang pusaka atau kembang telon, kembang ziarah, serta bunga sedap malam.

Jaenab (98), seorang penjual bunga di kawasan Pasar Raya 2, mengaku lapaknya sejak siang mulai ramai dikunjungi pembeli. “Hari ini ramai pembeli, karena jelang suroan. Mulai siang lumayan ada pembeli,” ujarnya. Meski demikian, ia menyebutkan bahwa jumlah pembeli tahun ini tidak sebanyak tahun lalu.

Baca Juga:  Mulai Hari Ini.. Polres Salatiga Gelar Operasi Patuh Candi 2021, Sasar Pelanggar Prokes

Menurut Jaenab, masing-masing jenis bunga memiliki fungsinya. “Kembang setaman tujuh rupa untuk siraman, kembang telon untuk jamasan pusaka, kembang ziarah untuk makam, dan bunga sedap malam biasanya dipakai di rumah atau tempat adat,” jelasnya.

Baca Juga:  Bela Sungkawa, Warga Binaan Rutan Salatiga Gelar Doa Bersama Untuk Korban Kebakaran Lapas Tangerang

Kristi (45), warga Salatiga, mengaku membeli bunga untuk mandi di Sendang Senjoyo. Ia menyebut mandi dengan kembang setaman merupakan cara untuk membersihkan diri secara lahir dan batin.

“Setelah mandi ya saya berdoa, salat malam meminta kepada Allah SWT,” ucapnya.

Tradisi ini menunjukkan bahwa di tengah modernisasi, sebagian masyarakat masih menjunjung tinggi nilai-nilai leluhur dan spiritualitas dalam menyambut tahun baru Hijriyah.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini

HIBURAN

SPORT

error: Content is protected !!