Laporan: Muhamad Nuraeni
KENDAL | HARIAN7.COM – Banjir rob yang saban waktu menggenangi halaman SD Negeri 3 Karangsari, Kendal, menjadi isyarat gamblang bahwa krisis iklim tak lagi sebatas wacana. Sekolah di jalur Pantura ini kini berada di garis depan pertempuran melawan naiknya muka air laut dan amblesnya tanah.
Sabtu pagi, 26 April 2025, puluhan siswa berseragam lengkap tampak sibuk di halaman sekolah. Bersama guru dan relawan dari Armapala Kendal, mereka menanam 40 pohon ketapang kencana, bertepatan dengan peringatan Hari Bumi.
Kepala SDN 3 Karangsari, Normalia Eka Pratiwi, M.Pd., menyebut aksi ini lahir dari kegelisahan atas lingkungan yang kian memburuk. “Banjir rob tidak lagi musiman. Dalam beberapa tahun ke depan, jika tidak direspons, bukan mustahil sekolah ini akan tergenang seluruhnya. Bahkan, wilayah Pantura Kendal menunjukkan gejala yang mengkhawatirkan,” katanya.
Normalia percaya, langkah sederhana seperti menanam pohon bisa menjadi jawaban kecil atas persoalan besar. Ia menuturkan, rob di kawasan pesisir bukan semata perkara air laut yang meninggi, melainkan juga penurunan muka tanah akibat eksploitasi air tanah dan beban pembangunan.
“Saya membaca riset yang menyebutkan, pohon mampu berperan penting dalam meredam kerusakan lingkungan—menyerap air, memperkuat tanah, hingga menjaga kelembaban,” ujar dia.
Ketapang kencana dipilih karena ketangguhannya menghadapi iklim pesisir. Tajuknya yang lebar menjanjikan keteduhan, sedangkan akarnya memperkuat struktur tanah. Bibit-bibit itu diperoleh dari hibah Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kendal, bagian dari dukungan terhadap gerakan penghijauan sekolah.
Suasana penanaman berlangsung riang. Para siswa bergiliran menanam bibit, lalu menancapkan papan nama kecil bertuliskan nama masing-masing. “Saya beri nama pohonnya Rinjani. Biar besar dan bisa lindungi sekolah ini,” kata Fadil, siswa kelas 5, sambil membenahi tanah di sekitar akar.
Di antara keramaian, Rizal, perwakilan Armapala Kendal, menilai kegiatan ini lebih dari sekadar seremoni. “Anak-anak belajar peduli lingkungan bukan dari teori saja, tapi dari pengalaman langsung. Kalau kebiasaan ini tumbuh, kita bisa harap mereka akan menjadi generasi yang tangguh dalam menghadapi perubahan iklim,” ujarnya.
Tak ingin berhenti di seremoni, pihak sekolah telah menyiapkan langkah lanjutan. Ada jadwal perawatan pohon secara bergilir, pengamatan pertumbuhan untuk jurnal kelas, hingga integrasi materi ekologi dalam pelajaran tematik dan IPA.
Normalia optimistis bahwa upaya kecil ini kelak akan menumbuhkan kesadaran besar. “Hari ini kami menanam pohon, dan sekaligus menanam kesadaran untuk hidup lebih bersahabat dengan alam. Ini bagian dari pendidikan jangka panjang yang kami tanamkan pada anak-anak,” katanya, menutup percakapan.(*)