Cahaya Ramadan di Balik Jeruji: Transformasi Spiritual WBP Rutan Salatiga
Dzikir Akbar dan Doa Bersama: Warga Binaan Rutan Salatiga Sambut Ramadan dengan Penuh Kekhusyukan
Laporan: Muhamad Nuraeni
SALATIGA | HARIAN7.COM – Menyambut datangnya bulan suci Ramadan, suasana di Rumah Tahanan (Rutan) Salatiga berubah menjadi lebih religius. Ratusan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) berkumpul dalam sebuah acara dzikir akbar dan doa bersama di selasar dalam Rutan.
Acara yang juga menjadi bagian dari peringatan Isra Miraj ini semakin khidmat dengan siraman rohani dari Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Salatiga, Kyai Haji Noor Rofiq.
Rangkaian kegiatan dimulai dengan khataman Al-Qur’an, dilanjutkan dengan dzikir dan shalawat, serta diakhiri dengan tausiyah yang menggugah jiwa. Kepala Rutan Salatiga, Redy Agian, menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari pembinaan rohani bagi para WBP agar semakin dekat dengan nilai-nilai keagamaan.
“Menyambut bulan Ramadan, kami mengadakan dzikir dan doa bersama serta khatam Al-Qur’an sebagai sarana meningkatkan keimanan dan ketakwaan. Ini juga menjadi pengingat pentingnya bekal untuk kehidupan akhirat nanti,” ujar Redy, Selasa (11/02/2025).
Rutan Salatiga memang terus berupaya memberikan bimbingan keagamaan kepada para WBP. Dengan pendampingan Ustadz Nahrawi Parjono, para WBP yang disebut sebagai santri diajarkan membaca dan menulis Al-Qur’an serta menjalankan ibadah shalat dengan disiplin.
Kyai Haji Noor Rofiq, dalam tausiyahnya, memberikan motivasi kepada para santri WBP agar tetap semangat menjalani kehidupan meskipun sedang menjalani masa pidana.
“Jangan patah semangat. Jadikan ini kesempatan emas untuk memperbaiki diri. Yang belum bisa ngaji, ayo belajar. Yang belum shalat, ini waktunya memperbaiki ibadah. Ingat, khilaf cukup sekali, tapi ke depan harus menjadi pribadi yang lebih baik dan taat,” pesannya penuh haru.
Salah satu WBP, Ali, mengungkapkan bahwa selama di Rutan Salatiga, ia mendapat banyak pelajaran berharga yang mengubah cara pandangnya terhadap hidup.
“Dulu saya terlena dengan kenikmatan dunia dan jauh dari agama. Di sini saya belajar untuk bersyukur dan lebih dekat kepada Allah SWT. Shalat berjamaah dan mengaji menjadi rutinitas yang kini saya jalani dengan kesadaran penuh,” ungkapnya.
Tak hanya pembinaan rohani, Rutan Salatiga juga mengadakan berbagai program pelatihan keterampilan dan ketahanan pangan sebagai bekal bagi para WBP saat kembali ke masyarakat. Hal ini sejalan dengan program pembinaan yang digaungkan oleh Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan, Agus Andrianto.
Dengan suasana Rutan yang kini menyerupai pesantren, harapan besar muncul agar para WBP bisa berubah menjadi pribadi yang lebih baik, sehingga kelak ketika bebas, mereka siap kembali ke tengah masyarakat dengan bekal spiritual dan keterampilan yang mumpuni.
Tinggalkan Balasan