HARIAN 7

JENDELA INFORMASI DAN MITRA BISNIS ANDA

Ratusan Warga Padati Haul Tumenggung Mayang, Sang Cikal Bakal Dusun Kebonan

Laporan: Fera Marita

UNGARAN | HARIAN7.COM – Ratusan warga Dusun Kebonan Desa Randugunting Kecamatan Bergas tumpah ruah di area pemakaman  Sentono untuk melakukan prosesi haul Tumenggung Mayang yang merupakan cikal bakal Dusun Kebonan, Minggu (12/3/23 ). 

Proses diawali dengan pengambilan air suci yang berlokasi di Kebonan Tirta Agung, tidak jauh dari Jalan Raya Soekarno Hatta. Pengambilan air yang nantinya akan digunakan untuk mensucikan kijing Tumenggung Mayang ini dilakukan oleh sesepuh Dusun Kebonan. 

Pensucian kijing pepunden Tumenggung Mayang.

Selanjutnya warga melakukan kirab menuju area pemakaman Sentono yang terletak di area pabrik garmen Star Fashion Randu Gunting. Kirab di awali oleh 4 pemuda prajuritan pembawa tombak yang mengawal gadis pembawa kain penutup kijing dan air suci, diikuti oleh para sesepuh, rombongan dari Yayasan Keraton Kasultanan Pajang serta warga Kebonan. 

Baca Juga:  Belajar Manajemen Olahraga, KONI Kota Salatiga “Ngangsu Kawruh” ke KONI Surabaya dan Kota Malang

Sesampainya di makam Sentono, prosesi dilanjutkan dengan pensucian kijing pepunden dan penggantian kain penutup kijing serta doa bersama. 

Menurut Kadus Kebonan, Yuli Widodo, haul ini dilakukan untuk menghormati cikal bakal Dusun Kebonan yaitu Tumenggung Mayang. 

“Tumenggung Mayang merupakan senopati Sultan Hadiwijaya ( Jaka Tingkir) dari Kasultanan Pajang. Karena kesalahan putra nya akhirnya Tumenggung Mayang diasingkan ke Alas Roban. Namun saat beliau tiba di Alas Jati Jajar atau Kebonan ini, beliau bertemu dengan prajurit utusan Panembahan Senopati yang diutus untuk menjemput beliau,” papar Yuli kepada harian7.com.

Baca Juga:  MUI dan NU Salatiga Secara Tegas Menolak Gerakan People Power
Berebut gunungan.

Yuli menambahkan bahwa disitulah terjadi pertempuran sengit antara utusan dari Panembahan Senopati yang merupakan kakak ipar Tumenggung Mayang dengan prajurit yang mengawal pengasingan Tumenggung Mayang. 

“Karena banyak prajurit yang meninggal, Tumenggung Mayang pun memutuskan untuk menetap di Alas Jati Jajar. Beliau tidak ingin kembali ke Pajang ataupun melanjutkan ke Alas Roban. Disini beliau menyebarkan agama Islam hingga banyak orang yang berdatangan untuk berguru pada Tumenggung Mayang. Dari situlah Kebonan terbentuk menjadi pemukiman,” imbuh Yuli. 

Baca Juga:  JSIT Jateng Akan Gelar Muskerwil

Selain peringatan haul Tumenggung Mayang, acara kali ini dimaksudkan untuk mengajak generasi muda agar lebih mengenal tradisi nyadran. Tradisi yang sudah dilakukan turun temurun untuk mendoakan dan membersihkan makam para leluhur. 

“Saya ingin mengajak generasi muda untuk tidak melupakan budayanya. Wong Jawa ojo kelangan Jawa ne. Dengan dikemas seperti ini antusias anak muda lebih besar. Kalau hanya diajak ke makam biasanya mereka tidak tertarik, ” pungkas Yuli. 

Acara haul ditutup dengan rebutan  gunungan dan makan bersama di area makam. ( * )

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini

TERKINI

error: Content is protected !!