HARIAN 7

JENDELA INFORMASI DAN MITRA BISNIS ANDA

Tradisi Iriban, Itulah Cara Warga Lerep Merawat dan Melestarikan Sumber Mata Air di Hutan Wangon Cenginging

Laporan: Bang Nur

UNGARAN,harian7.com  – Saat memasuki bulan Safar, masyarakat Indonesia memiliki beragam tradisi. Hal tersebut untuk menolak bala atau bahaya yang diyakini terdapat di bulan Safar.

Salah satu tradisi unik di masyarakat  terdapat di Desa Lerep, Ungaran Barat, Kabupaten Semarang.

Masyarakat Desa Lerep memiliki tradisi khas saat memasuki bulan safar, yaitu tradisi Iriban. Salah satu tradisi untuk merawat dan melestarikan sumber mata air.

Tradisi tersebut dilaksanakan di salah satu pertigaan aliran air dalam hutan yang disebut Wangon Cenginging. 

Kepala Desa Lerep Sumaryadi menjelaskan, acara Iriban merupakan bentuk melestarikan budaya leluhur Desa Lerep. Secara turun-temurun. 

Baca Juga:  Kapolda Jateng Ajak Masyarakat Waspada Intoleransi

Kata Irab sendiri berasal dari Irib-irib yang artinya ngurip-urip. Tujuanya adalah bagaimana agar volume sumber air bisa besar.

Konon menurut sejarah dahulu, sesepuh desa ketika mencari sumber air harus membelah bukit agar air bisa mengalir ke bawah.

“Konon ceritanya dahulu sesepuh dibantu oleh bebek putih. Nah sehingga disini selalu mengikutkan bebek putih saat ritual,”jelas Sumaryadi kepada wartawan, Rabu (21/9/2022).

Tidak hanya bebek putih yang harus ada dalam tradisi irib-iriban sari-sari air yang ada di alam. Ada juga madu, yang menjadi simbol bagaimana air bisa mengalir. Kemudian legen, melambangkan air akan terus mengalir.

Baca Juga:  SMP Negeri 2 Tanjunganom, Nganjuk Buka SPMB, Siapkan Generasi Muda Berkompeten

“Harapan-harapan itu dituangkan dalam berbagai macam suguhan,” terangnya.

Selain itu ada tape, kelapa cengkir, bebek putih, ayam, nasi, dan lauknya.

Diakui Sumaryadi acara tersebut selalu digelar pada Rabu Kliwon di bulan Safar. 

Karena bukan hari libur, acara ini tidak bisa diikuti oleh seluruh masyarakat. 

Namun setiap RT mengirimkan perwakilannya untuk mengikuti acara.

“Ini ada perwakilan 21 RT ada,” ungkapnya.

Diharapkan dengan adanya tradisi ini untuk mengingatkan generasi muda agar tahu sejarah leluhur dahulu. 

Baca Juga:  Tips Menghindari Modus Operandi Penyelundupan Narkoba Bagi TKI

Selain itu wujud rasa syukur karena air sebagai sumber kehidupan untuk minum, ternak, mengaliri sawah, dan lain-lain.

“Mereka tahu. oh sumber airnya dari sini. Sehingga mereka memiliki keinginan untuk melakukan upaya untuk melestarikan,” jelasnya.

Diakui kepala desa, acara tersebut baru tiga tahun di lakukan dikemas dengan budaya.

Kedapannya setelah akses jalan sudah bagus, ada wisatawan yang bisa mengikuti ritual Iriban.

“Mereka bisa tinggal di home stay atau di tenda sekitar acara. Kemudian ada gamelan yang bisa masuk juga ke area ritual,” tandasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini

TERKINI

error: Content is protected !!