HARIAN 7

JENDELA INFORMASI DAN MITRA BISNIS ANDA

Tradisi Bakdan Sapi Setiap Idul Fitri, Warga Desa Sruni Arak Ratusan Sapi Keliling Kampung

Istimewa.

BOYOLALI | HARIAN7.COM – Setiap perayaan Hari Raya Idul Fitri, warga Desa Sruni Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali mempunyai tradisi yang unik. Tradisi itu biasa disebut sebagai Bakdan Sapi dilakukan setiap hari kedelapan bulan Syawal dan bertepatan dengan lebaran ketupat. 

Acara tersebut diadakan di sepanjang jalan desa dan diikuti oleh seluruh warga masyarakat Desa Sruni yang 98 persen berprofesi sebagai petani sapi perah.

Salah satu tokoh masyarakat Desa Sruni, Jaman, menjelaskan bahwa tradisi Bakdan Sapi sudah secara turun-temurun dilakukan dan diikuti kurang lebih 500 ekor sapi.

Baca Juga:  Bantuan Beras Jasos Di Duga Tidak Sesuai Kualitas Dan Tidak Layak Konsumsi

Diawali dengan tradisi kupatan oleh warga desa, yang kemudian para petani sapi mengeluarkan sapinya untuk dimandikan dan diberi wewangian serta dikalungi dengan ketupat kemudian diarak keliling kampung untuk bertemu sapi-sapi lain di desanya.

“Tujuannya adalah untuk mempererat persatuan dan kesatuan karena kami sebagai petani mayoritas atau 98 persen penduduk sini adalah petani dan berternak sapi terutama sapi perah,” ungkapnya saat ditemui Boyolali.go.id di lokasi, Sabtu (29/4/2023).

Baca Juga:  Kota Semarang Jadi Tuan Rumah Asean School Games 2019

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Boyolali Darmanto mengatakan bahwa tradisi Bakdan Sapi tersebut merupakan salah satu budaya yang harus dilestarikan.

Masyarakat Desa Sruni ini sangat menyatu dengan hewan ternaknya, sehingga setiap hari ke delapan Idul Fitri yang merupakan lebaran ketupat diidentikkan dengan Bakdan Sapi diwujudkan dengan bentuk kirab agar sapinya bahagia, sehingga nanti sapi-sapi tersebut akan membalas dengan produksi susu yang melimpah yang akan berdampak baik bagi perekonomian warga.

Baca Juga:  Ratusan Pengusaha Truk Tolak Kebijakan ODOL, Krishna Menilai Kebijakan ODOL Gagal

“Kami sangat berharap dilestarikan, lebih dimajukan lagi sehingga menjadi kekayaan adat istiadat bagi masyarakat yang tentu berefek domino untuk ajang bersilaturahmi, saling melihat sapi temannya, saling belajar sehingga akhirnya meningkatkan kesejahteraan,”ujarnya.(Sin/DB)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini
error: Content is protected !!