Ngaos Al-Qur’an di Rutan Salatiga: Cahaya Hidayah di Balik Jeruji
Laporan: Muhamad Nuraeni
SALATIGA | HARIAN7.COM – Lantunan ayat suci menggema di Rumah Tahanan Negara (Rutan) Salatiga. Puluhan warga binaan larut dalam suasana khusyuk, mengikuti program “Ngaos Al-Qur’an”, sebuah inovasi ibadah selama bulan suci Ramadan. Dalam program ini, mereka tidak hanya membaca Al-Qur’an, tetapi juga menuntaskan tiga kali khatam dan berdzikir bersama, meneguhkan hati dalam perjalanan spiritual di balik jeruji.
“Selama bulan Ramadan, Rutan Salatiga menggelar berbagai kegiatan ibadah, salah satunya Ngaos Al-Qur’an. Alhamdulillah, hari ini terlaksana tiga kali khatam bersama warga binaan dan petugas,” ungkap Kepala Rutan Salatiga, Redy Agian, Selasa (04/03/2025).
Redy menegaskan, program ini menjadi sarana bagi para santriwan dan santriwati di dalam rutan untuk lebih mendalami Al-Qur’an, baik dalam bacaan maupun hafalan. “Insyaallah, ini akan menjadi bekal berharga bagi mereka,” ujarnya.
Lebih dari sekadar ritual Ramadan, program ini juga bertujuan membangun kesadaran dan keimanan agar para warga binaan tidak mengulangi kesalahan di masa lalu. “Dengan landasan agama yang kuat, kita harapkan mereka lebih siap menjalani hidup yang lebih baik setelah bebas,” tambahnya.
Dzikir dan Sholawat, Cahaya yang Menenangkan
Sebagai bagian dari program, kegiatan dzikir dan sholawat juga turut diadakan. Ruwiyanto, Kasubsi Pelayanan Tahanan sekaligus koordinator kegiatan Ramadan, menyampaikan bahwa rangkaian ibadah ini menjadi momentum penting bagi para warga binaan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.
“Selama Ramadan, kami menyelenggarakan berbagai kegiatan seperti sholat Tarawih, tadarus, dan Ngaos Al-Qur’an. Kali ini, ada 110 warga binaan yang berpartisipasi,” jelasnya.
Program ini mendapat bimbingan langsung dari Ustadz Nahrawi Parjono, seorang petugas pengampu pembinaan yang turut membimbing mereka memahami makna Al-Qur’an lebih dalam.
Menemukan Ketentraman di Balik Dinding Rutan
Di antara peserta, Nurkamim (40) tak kuasa menahan haru. Ramadan di rutan bukanlah hal yang mudah baginya, tetapi program ini memberikan penghiburan dan ketenangan hati.
“Dibilang sedih, pasti sedih. Tapi dengan Ngaos Al-Qur’an dan khatam bersama, hati kami terasa lebih kuat. Ada harapan untuk menjadi pribadi yang lebih baik,” ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa sebelum masuk ke rutan, ia sudah bisa membaca Al-Qur’an. Namun, di tempat ini, ia merasakan peningkatan dalam kefasihan dan pemahamannya. “Belajar agama di sini membuat hati lebih tenang. Kami berharap bisa lebih istiqomah setelah bebas nanti,” katanya penuh harap.
Membangun Masa Depan yang Lebih Baik
Transformasi spiritual yang berlangsung di Rutan Salatiga merupakan bagian dari program akselerasi yang dicanangkan oleh Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan, Agus Andrianto, serta arahan dari Direktur Jenderal Pemasyarakatan, Mashudi.
Dengan pendekatan berbasis keagamaan ini, diharapkan para warga binaan memiliki pondasi yang kuat untuk kembali ke masyarakat sebagai individu yang lebih baik. Ngaos Al-Qur’an bukan sekadar program, tetapi cahaya yang membimbing mereka menuju kehidupan yang lebih bermakna.
Tinggalkan Balasan