HARIAN 7

JENDELA INFORMASI DAN MITRA BISNIS ANDA

Sritex Tutup Permanen, Ribuan Pekerja Terpaksa Hadapi Ketidakpastian

SUKOHARJO | HARIAN7.COM – Tangis dan kepedihan menyelimuti ribuan pekerja PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) yang harus menerima kenyataan pahit. Perusahaan tekstil raksasa yang telah berdiri selama puluhan tahun itu resmi tutup permanen pada Sabtu (2/3/2025), meninggalkan lebih dari 10 ribu karyawan tanpa pekerjaan.

Baca Juga:  Kompak, Ratusan Warga Gotong Royong Lakukan Pengecoran Manual MI MA’Arif Candirejo

Pemutusan hubungan kerja (PHK) massal ini resmi berlaku sejak 26 Februari 2025. Jumat (28/2) menjadi hari terakhir para pekerja menginjakkan kaki di pabrik yang selama ini menjadi sumber penghidupan mereka. Upaya menyelamatkan perusahaan telah kandas setelah Pengadilan Negeri (PN) Semarang menolak permohonan going concern yang diperjuangkan lebih dari lima bulan.

Baca Juga:  Uang Kredit Disulap Jadi Tanah, Sritex Diduga Rugikan Negara Rp 692 Miliar

Penutupan Sritex juga menandai berakhirnya operasi empat pabrik besar: PT Bitratex Semarang, PT Sritex Sukoharjo, PT Primayudha Boyolali, dan PT Sinar Pantja Djaja Semarang. Ribuan pekerja kini dihadapkan pada ketidakpastian ekonomi, terutama di tengah situasi industri tekstil yang semakin sulit.

Baca Juga:  Peduli Dengan Tanah Kelahiran, Paguyuban Perantau Asal Desa Bandingan Santuni Anak Yatim dan Duafa

Dampak Besar bagi Perekonomian

Wakil Menteri Ketenagakerjaan, Immanuel Ebenezer Gerungan, menyampaikan keprihatinannya atas penutupan Sritex. “Kami sangat prihatin dengan kondisi ini. Penutupan Sritex bukan hanya berdampak pada karyawan yang kehilangan pekerjaan, tetapi juga pada perekonomian daerah yang selama ini bergantung pada industri tekstil,” ujarnya.

Baca Juga:  Makutarama Salatiga Tolerun 2025: Lomba Lari Nasional Angkat Semangat Toleransi dan Hidup Sehat

Di tengah suasana haru, Komisaris Utama sekaligus Presiden Direktur Sritex, HM Lukminto, menemui karyawan yang telah mengabdi selama bertahun-tahun. Dengan mata berkaca-kaca, ia menyampaikan terima kasih atas dedikasi mereka. “Kami sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkan perusahaan, tetapi keadaan tidak berpihak pada kami. Terima kasih atas kerja keras dan loyalitas kalian selama ini,” katanya dengan suara berat.

Baca Juga:  Terkait Dugaan Adanya Penyimpangan BPNT, Gabungan Ormas dan LSM di Banyumas Gelar Aksi Damai "GEBUK", Meminta Kasusnya Diusut Tuntas

Karyawan Kebingungan Mencari Pekerjaan Baru

Baca Juga:  Pomnas 2025 Digelar di Semarang dan Solo, 5.000 Atlet Mahasiswa Siap Berlaga

Di luar gerbang pabrik, wajah-wajah muram tampak di antara para mantan pekerja yang datang mengurus berkas pencairan Jaminan Hari Tua (JHT). Salah satunya, Siti (42), pekerja bagian produksi yang telah mengabdi selama 15 tahun, tak kuasa menahan air mata. “Saya masih nggak percaya ini terjadi. Dari dulu kerja di sini, sekarang harus cari kerja lagi. Tapi di mana? Pabrik sudah banyak yang tutup,” ujarnya sambil mengusap wajahnya yang basah oleh air mata.

Baca Juga:  Polda Jateng Siapkan 475 Lokasi untuk Kampung Siaga Covid-19

Sabtu siang, puluhan mantan karyawan terlihat mengantre di gedung HRD. Mereka tidak lagi mengenakan seragam kerja, melainkan pakaian bebas—tanda bahwa masa mereka di Sritex telah benar-benar berakhir. Dengan langkah berat, mereka menyerahkan berkas, lalu pulang tanpa kepastian tentang masa depan.

Baca Juga:  Gandeng Aji, Dewan Pers Gelar Diskusi Publik Angkat Topik "Masa Depan Kebebasan Pers"

Penutupan Sritex menjadi pukulan telak bagi industri tekstil nasional, yang selama ini telah menghadapi berbagai tantangan seperti persaingan global, biaya produksi yang meningkat, dan melemahnya permintaan pasar. Kini, ribuan pekerja harus mencari cara untuk bertahan di tengah situasi yang penuh ketidakpastian.(Dim/red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini

HIBURAN

SPORT

error: Content is protected !!