HARIAN 7

JENDELA INFORMASI DAN MITRA BISNIS ANDA


Nyadran, Tradisi Penuh Makna Menyambut Ramadhan di Desa Plumbon

Laporan: Muhamad Nuraeni

UNGARAN | HARIAN7.COM – Menjelang bulan Ramadhan, warga Desa Plumbon, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, merayakan tradisi nyadran dengan penuh kegembiraan dan kesakralan.

Tradisi nyadran, yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya lokal, merupakan momen untuk menghantarkan doa dan membersihkan makam leluhur yang sudah meninggal sebagai persiapan menyambut bulan Ramadhan yang suci.

Ribuan warga dari Dusun Wates Sembungan berbondong-bondong menuju makam Ki Branjang Kawat dengan membawa beragam makanan, mulai dari jajanan pasar hingga nasi bungkus dan aneka buah-buahan, sebagai wujud penghormatan kepada leluhur.

Baca Juga:  Penutupan Turnamen Bola Voli Selatan Lusi, Kades Goyang Holik Bersama Ibu-Ibu

Tokoh masyarakat, Umar, menjelaskan bahwa tradisi nyadran ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat setempat selama puluhan tahun.

“Tujuannya tak hanya untuk mengenang leluhur yang telah berpulang, tetapi juga sebagai sarana untuk menyatukan doa bersama bagi keselamatan mereka,”katanya, Selasa (5/3/2024).

Baca Juga:  Pemdes Desa Pabelan Gelar Musrenbangdes, Bahas Penyusunan RKPDes Tahun 2020

Umar menambahkan, puncak acara nyadran diwarnai dengan berbagai ritual, dimulai dari membersihkan makam hingga berdoa bersama di atas tikar. 

“Semua dilakukan dengan harapan mendapatkan keberkahan dan berkah dari Allah SWT,”tambahnya.

Umar mengungkapka, tradisi nyadran juga menjadi momentum berharga untuk saling bersilaturahmi antarwarga, bahkan menarik perhatian banyak perantau yang pulang kampung untuk ikut serta dalam perayaan tersebut, baik dari Kalimantan, Sumatra, hingga Jabodetabek.

Baca Juga:  Diduga Lakukan Maladministrasi Dalam Penyelenggaraan PPDB , FKYPP Tuding Disdikbudpora Kab Semarang Langgar Aturan

Seorang warga bernama Yulinar mengungkapkan bahwa tradisi ini selalu digelar setiap tahun sebelum masuk bulan Ramadhan sebagai ungkapan rasa syukur dan harapan akan keselamatan hidup di dunia.

“Selain mendoakan para leluhur, nyadran juga menjadi ajang untuk bertemu dengan saudara yang jauh, mempererat tali silaturahmi,”ungkapnya.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini
error: Content is protected !!