“Suara Warisan” dari Tlogo: Gema Tradisi dalam Balutan Podcast dan Aksi Panggung
Laporan: Muhamad Nuraeni
KAB. SEMARANG | HARIAN7.COM – Suara gamelan yang mengalun lembut, gerak pelan penari Sendra Tari, dan petuah-petuah bijak dari panggung Ketoprak menjadi harmoni unik yang membungkus sebuah acara budaya bertajuk “Suara Warisan”. Bukan sekadar pertunjukan seni, acara ini adalah bentuk perlawanan halus terhadap pelan-pelan pudarnya identitas Jawa di tengah gegap gempita dunia modern.
Horison Resort Tlogo Semarang menggandeng komunitas seni Sendra Tari dan Ketoprak menghadirkan podcast budaya yang hidup, yang bukan hanya bisa didengar tetapi juga dirasakan dan diresapi. Dengan mengusung tema “Wong Jowo Ojo Ilang Jawane”, acara ini menyuguhkan ruang dialog antar generasi—menggali kembali makna budaya, warisan leluhur, hingga pentingnya menjaga jati diri di era digital.
Dalam atmosfer klasik nan alami di kawasan resort yang dikelilingi hijaunya alam, perbincangan antara pelaku seni dan tokoh budaya berlangsung hangat. Topik utamanya: bagaimana seni tradisional masih menjadi fondasi pembentukan karakter bangsa. Semua diramu dengan apik, diselingi tarian dan pentas ketoprak yang menghipnotis hadirin.
“Melestarikan budaya bukan sekadar mengenangnya, tapi menghidupkannya kembali dengan cara yang relevan. Podcast ini adalah jembatan antara masa lalu dan masa kini, antara seni tradisional dan cara komunikasi modern,” ujar Martinus Budi, Sales & Marketing Manager Horison Resort Tlogo Semarang.
Horison Resort Tlogo tak sekadar menyediakan tempat. Lebih dari itu, mereka menyatakan diri sebagai rumah baru bagi para seniman. Hotel ini membuka pintunya lebar-lebar bagi komunitas budaya untuk berkarya dan berbagi. “Kami ingin Horison menjadi panggung kreatif, tempat belajar, sekaligus ruang dialog bagi generasi muda untuk menemukan kembali akar budaya mereka,” tambah Martinus.
“Suara Warisan” memang bukan podcast biasa. Ia adalah gema suara leluhur yang dihidupkan lewat cerita dan seni. Sebuah inisiatif yang diharapkan mampu menyentuh hati kaum muda, menumbuhkan rasa bangga menjadi bagian dari budaya Jawa, serta mendorong mereka untuk tidak hanya menikmati warisan budaya, tapi juga mewariskannya kembali.
Karena budaya bukan hanya milik masa lalu. Ia adalah pusaka yang harus dijaga hari ini agar tetap hidup esok hari.(*)
Tinggalkan Balasan