Cegah Perundungan di Pesantren, Nawal Arafah Dorong Edukasi dan Sistem Pelaporan Empati
SEMARANG | HARIAN7.COM – Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Tengah, Nawal Arafah Yasin, menekankan pentingnya pencegahan perundungan di pondok pesantren melalui edukasi, sistem pelaporan yang empati, serta kolaborasi dengan lembaga bantuan hukum.
Hal itu disampaikan dalam diskusi daring Ngopi Penak seri Ramadan Ramah Anak bertajuk “Pesantren Anti Bullying dan Kekerasan Seksual”, Selasa (25/3/2025). Nawal mengungkapkan, berdasarkan data Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI), kasus kekerasan di lembaga pendidikan, termasuk pesantren, mengalami lonjakan hingga 100 persen pada 2024.
Menurutnya, minimnya pemahaman tentang bullying dan lemahnya penegakan disiplin internal menjadi faktor utama tingginya kasus kekerasan. Oleh karena itu, ia mendorong adanya edukasi yang berkelanjutan, sistem pelaporan yang aman dan menjaga privasi korban, serta pembentukan lingkungan yang lebih empatik.
“Solusinya adalah edukasi, membangun sistem pelaporan yang aman dan penuh empati, serta kerja sama dengan pihak terkait, seperti LBH dan Dinas Kesehatan,” ujarnya.
Nawal juga menyoroti pentingnya peran senior di pesantren untuk menjadi konselor sebaya, bukan malah menanamkan relasi kuasa yang berpotensi menimbulkan perundungan. Langkah ini telah diterapkan dalam pilot project Pesantren Ramah Anak yang digagasnya bersama UNICEF di dua pesantren di Rembang, yakni Ponpes Al Anwar IV dan Ponpes Alhamdulillah.
Kepala Dinas Perempuan dan Anak Jawa Tengah, Retno Sudewi, mengungkapkan bahwa sejak 2021 hingga Maret 2025, terdapat 85 kasus perundungan di lingkungan pesantren.
“Kami melalui UPTD bersama UNICEF telah melakukan edukasi, pembinaan, dan pendampingan psikologis bagi korban,” ujarnya.
Retno berharap, dengan semakin luasnya kepedulian terhadap isu perundungan, lingkungan pesantren dapat menjadi tempat yang lebih aman dan nyaman bagi para santri.(Ais/Hum)
Tinggalkan Balasan