Mantab! Peduli Budaya Leluhur , Empu Muda Asal Tuntang, Dirikan Padepokan Besalen Edukasi “Gajah Kuning”
Laporan: Shodiq
UNGARAN | HARIAN7.COM – Di tengah pesatnya perkembangan teknologi yang kerap kali menggeser nilai-nilai tradisional, seorang pemuda di Desa Sraten, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, justru bergerak untuk menjaga warisan budaya leluhur.
Pemuda bernama Ridwan Maulana Yasifun (24) ini adalah satu-satunya empu (pembuat keris) di Kabupaten Semarang yang berkomitmen melestarikan keris sebagai simbol budaya Jawa.
Sebagai wujud nyata dari kecintaannya terhadap budaya leluhur, khususnya keris, Ridwan mendirikan Padepokan Besalen Edukasi “Gajah Kuning”. Padepokan ini secara resmi diresmikan oleh Bupati Semarang, Ngesti Nugraha, yang diwakili oleh Camat Tuntang, Aris Setyawan, pada Sabtu (24/8/2024).
Alisa Zahrotun Nadhiroh (21), ketua panitia acara peresmian yang juga dikenal dengan sebutan “Wilujengan”, menjelaskan bahwa tujuan dari didirikannya Besalen ini adalah untuk melestarikan budaya.
“Jaman sekarang, keris seringkali dianggap berhubungan dengan klenik. Melalui Padepokan ini, kami ingin menghilangkan stigma tersebut dan memberikan edukasi tentang budaya keris yang sesungguhnya,” ujarnya.
Padepokan ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat pembuatan keris, tetapi juga menjadi pusat edukasi bagi masyarakat tentang keris dan nilai-nilai filosofis di baliknya.
“Manfaatnya jelas, untuk menjaga budaya agar tetap berlanjut. “Wong Jowo ra ilang Jowone”, semoga masyarakat tergerak hatinya untuk melestarikan budaya Jawa,” tegas Alisa.
Ridwan Maulana Yasifun, sebagai pendiri, menceritakan bahwa kecintaannya pada keris berawal dari hobinya. “Saya sangat menyukai keris dan punya keinginan untuk mempelajarinya lebih dalam, tidak hanya sekadar mengagumi tetapi juga berkarya. Saya melihat teman-teman sebaya saya sudah jauh dari hal-hal seperti ini, sehingga hal ini menjadi motivasi bagi saya untuk terus berkarya dan mengkampanyekan pentingnya pelestarian keris,” ungkap Ridwan.
Baginya, keris bukan sekadar benda pusaka, melainkan peninggalan leluhur yang memiliki nilai-nilai sejarah dan spiritual yang sangat berharga. “Leluhur dan keluarga saya adalah penggiat budaya, jadi sudah menjadi tugas dan kewajiban saya untuk melanjutkan tradisi ini,” tambahnya dengan penuh semangat.
Bupati Semarang, Ngesti Nugraha, melalui Camat Tuntang, Aris Setyawan, menyampaikan apresiasi yang tinggi atas dedikasi dan kepedulian para pemuda, khususnya Ridwan, dalam melestarikan budaya Jawa.
“Ini adalah aset yang sangat berharga karena satu-satunya di Kabupaten Semarang, bahkan di wilayah sekitarnya. Kami berharap Besalen ini tidak hanya menghasilkan keris tetapi juga menjadi tempat edukasi bagi masyarakat, terutama generasi muda,” ujarnya.
Aris menekankan pentingnya dukungan dari masyarakat untuk keberlangsungan Padepokan Besalen ini, karena merupakan aset budaya yang tidak dimiliki oleh setiap daerah.
“Semoga Padepokan ini menjadi pusat pembelajaran sehingga ilmu pembuatan keris beserta filosofinya bisa tetap lestari dan diwariskan ke generasi berikutnya,” harapnya.
Dengan dukungan yang kuat dari masyarakat dan pemerintah setempat, Ridwan Maulana Yasifun optimis bahwa tradisi pembuatan keris akan terus hidup dan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Jawa di tengah modernisasi yang terus berkembang.(*)
Tinggalkan Balasan