Hobi Bermain Katapel Masa Kecil Kini Berubah Menjadi Bisnis Menguntungkan
Laporan: Muhamad Nuraeni
SALATIGA | HARIAN7.COM – Masa kecil adalah waktu di mana banyak dari kita memiliki kenangan indah bermain dengan berbagai mainan. Salah satu mainan yang mungkin pernah Anda mainkan adalah katapel. Siapa sangka, mainan sederhana ini dari masa kecil bisa berubah menjadi ‘senjata’ untuk berburu buah yang menggantung di pohon, yang kini bernilai jutaan dan diminati pembeli dari luar negeri.
Katapel buatan Yohanes Dwi Wibowo, seorang warga dari Jalan Kenanga Sari Butu, Kelurahan Kutowinangun Lor, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga, adalah salah satu contoh sukses dalam menjadikan katapel sebagai bisnis. Sejak ia mulai membuat katapel pada tahun 2016, katapel buatannya telah menarik perhatian pasar internasional, termasuk Inggris, Amerika Serikat, dan Malaysia.
“Kami sangat senang karena katapel kami dinilai memiliki karakteristik unik dan terasa personal sesuai pegangan karena dibuat secara manual,” ungkap Yohanes Dwi Wibowo ketika ditemui di workshop Yo Slingshoot-nya belum lama ini.
Menurut Yohanes, dia menerima pesanan katapel sesuai permintaan pelanggan. “Tapi yang paling umum digunakan adalah untuk kejuaraan, dengan harga berkisar antara Rp 250 ribu hingga Rp 6 juta, tergantung pada jenis kayu, tingkat kesulitan, atau ciri khas yang diminta oleh pembeli,” kata Yohanes.
Proses pembuatan katapel ini juga bisa bervariasi, tergantung pada pesanan. “Ada yang bisa selesai dalam dua jam, namun ada pula yang memerlukan waktu hingga enam bulan. Terutama jika ada banyak permintaan dari pembeli, seperti jenis kayu khusus atau warna kayu yang spesifik,” terang Yohanes, yang juga merupakan ketua bidang kepelatihan organisasi pecinta katapel di Kabupaten Semarang.
Permintaan dari pembeli yang memiliki pengetahuan tentang katapel biasanya memperhatikan berbagai aspek, termasuk lebar frame, panjang dan lebar tip, serta ukuran karet pelontar.
“Pegangan katapel harus disesuaikan dengan apakah pemainnya tangan kanan atau kiri, sehingga bentuknya harus pas,” jelas Yohanes.
Yohanes telah menggunakan bahan utama kayu nusantara yang kaya akan keberuntungan.
“Indonesia memiliki berbagai jenis kayu yang tersedia, jadi saya khusus membuat katapel dari kayu-kayu lokal seperti gaharu, stigi, dan cendana,” ungkapnya.
Yohanes juga mengungkapkan bahwa turnamen katapel saat ini semakin populer di berbagai daerah.
“Sebagai olahraga, kami melihat bahwa minat masyarakat sangat baik, meskipun tetap perlu disosialisasikan. Orang-orang dari berbagai lapisan masyarakat tertarik karena olahraga ini mudah, terjangkau, dan dapat dimainkan oleh siapa saja,” papar Yohanes.
Di Indonesia, turnamen katapel biasanya dimainkan dalam berbagai kategori dalam jarak 10 meter, yang menjadi favorit, dan kadang-kadang dikombinasikan dengan jarak 15 meter. Turnamen ini terbuka bagi pelajar, dewasa, dan anak-anak, dengan berbagai jenis tantangan seperti kategori papper target, multi spinner, dan kaleng, di mana setiap peserta dibekali dengan lima peluru atau gotri khusus.
Yohanes menegaskan bahwa katapel adalah sebuah senjata, meskipun digunakan dalam konteks olahraga.
“Ada risiko terkait dengan penggunaan katapel, jadi prinsip kehati-hatian sangat penting. Penonton harus menjaga jarak minimal tiga meter untuk posisi samping, dan area depan dan belakang sasaran harus selalu terjaga. Pengambilan peluru atau gotri juga harus dilakukan dengan hati-hati,” ungkapnya.
“Jika seseorang mencoba bermain katapel sekali saja, mereka pasti akan ketagihan. Itulah sebabnya kami, para pecinta olahraga katapel, terus melakukan sosialisasi dan kampanye untuk meningkatkan minat dan partisipasi dalam olahraga ini,” kata Yohanes dengan semangat.(*)
Tinggalkan Balasan