![]() |
||
Pembeli saat melihat Peci Blangkon Karya Muhadi. |
Laporan: Muhamad Nuraeni
UNGARAN | HARIAN7.COM | Semaraknya merayakan Lebaran di kampung halaman sering dihiasi dengan berbagai tradisi, salah satunya mengirimkan hadiah atau parsel.
Diberikan sebagai ungkapan rasa sayang atau hormat pada anggota keluarga, kerabat, rekan kerja, karyawan, kolega dan lainya.
Di Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang ada trend yang berbeda. Jika biasanya parsel yang diberikan berupa kue kering dan makanan, serta keramik, kini muncul trend baru.
Lebaran tahun ini sebagian warga di Kecamatan Tengaran lebih memilih memberikan parcel berupa peci blangkon.
Syarifudin seorang dermawan asal Kecamatan Tengaran yang kerap berbagi kepada sesama saat jelang Idul Fitri mengaku lebih senang memberikan parsel berupa perlengkapan untuk ibadah, satunya adalah peci blangkon.
“Ya dengan kita berbagi parsel ini untuk membantu mempertebal keimanan. Selain isinya yang unik, parcel ini tentunya akan berguna bagi penerimanya,”ungkapnya.
Sarifudin menambahkan, selain itu peci sebagai parsel itu ia beli dari produk lokal di Tengaran.
“Peci blangkon karya mas Muhadi warga Tengaran,”tuturnya.
Terpisah, Muhadi pemilik usaha peci blangkon saat ditemui wartawan mengatakan saat Ramadan kini pesanan mengalami peningkatan cukup signifikan. Dalam sehari ia dapat membuat peci blangkon hingga 20 buah.
“Selama Ramadan mencapai 250 buah, namun hal tersebut bisa bertambah lagi,” paparnya.
Ramadan tahun ini, bahkan sampai menambah pekerja untuk mempercepat saat membuat peci blangkon.
“Pengerjaan saya sama istri, tetapi ada yang membantu saya agar lebih cepat jadinya,” ucapnya.
Peci blangkon antara budaya dan fungsi
Peci blangkon batik merupakan perpaduan dua penutup kepala dengan fungsi yang berbeda. Peci digunakan dalam acara ibadah dan blangkon dipakai dalam acara ritual atau budaya. Inilah barangkali yang menjadikan peci Muhadi kini ramai pembeli.
Terdapat berbagai macam motif dari peci blangkon seperti peci blangkon hitam polos, motif batik, imamah, dan lainnya. Bahkan beberapa motif itu dapat pesan sesuai keinginan pemesannya.
“Dulu itu sepulang dari pesantren memakai peci warna hitam dan menurut saya itu kurang luwes. Akhirnya saya ingin memakai peci yang luwes yang seperti apa,” kata Muhadi kepada harian7.com baru baru ini.
Ia mengungkapkan, mayoritas pembeli peci blangkon berasal dari komunitas berbagai daerah bahkan hingga ke luar pulau.
“Mereka ingin coupelan’ Alhamdulillah selama bulan Ramadan ini sampai tidak punya stok peci blangkon,” ujarnya.
Muhadi menuturkan, sampai saat ini pesanan yang sudah masuk mencapai ratusan jumlahnya, bahkan dari pengalaman tahun sebelumnya, Muhadi masih membuat peci blangkon saat malam Hari Raya Idulfitri.
“Peci blangkon saya bandrol dengan harga Rp 50 ribu hingga Rp 60 ribu,”terangnya.
Sementara itu, pembeli peci, Hafid Zen berucap, peci blangkon ini memiliki keunikan daripada peci lainnya. Hal tersebut yang membuat para penggemar peci untuk melirik peci blangkon.
“Peci ini unik apalagi ada perpaduan bentuk dari daerah lain yakni Jawa Barat dan Jawa Timur,” kata Hafid.
Sampai saat ini dirinya telah memiliki 8 jenis peci blangkon dengan berbagai motif.
“Yang saya pakai sendiri ada 8 peci blangkon,” ujarnya.
Selain dipakai sendiri, Hafid juga menjual kepada masyarakat sekitar hingga ke luar daerah.
“Saya juga ikut menjualkan peci blangkon ini, apalagi peci ini memiliki keunikan sehingga banyak yang mencari peci blangkon ini,” ungkapnya.(*)