Bagi Pria, Pelihara Burung Perkutut Adalah Salah Satu Dari Bagian ‘Limo wasto’, Kapolres Salatiga:”Kita semua memiliki tanggung jawab untuk menjaganya agar tetap menjadi budaya Jawa”
![]() |
| Lomba Perkutut Lokal Kapolres Salatiga Cup 2022, di Lapangan Gantangan Bung Karno Kelurahan Dukuh Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga. |
Laporan: Bang Nur
SALATIGA,harian7.com – Burung perkutut adalah salah satu dari bagian ‘limo wasto’ atau cara pria meraih kesempurnaan. Demikian diungkapkan Ketua Paguyuban Pelestari dan Pecinta Perkutut Lokal Seluruh Indonesia (P4LSI) Korwil Salatiga dan Kabupaten Semarang Bambang Arif S, di Lapangan Gantangan Bung Karno Kelurahan Dukuh Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga, Minggu (26/6/2022).
Diungkapkanya, dalam memelihara burung perkutut harus ada kecocokan antara pemilik dan peliharaanya.”Jadi antara burung dengan pemiliknya ini harus ada kecocokan atau chemistry, agar perkutut yang dipelihara hasilnya maksimal,”ungkapnya.
Ditegaskan Bambang, sebagai bagian dari tradisi nenek moyang, maka memelihara perkutut harus dilestarikan.
“Perkutut lokal ini memang menarik, karena bagi yang percaya, ada unsur mistis yang mengikutinya. Karenanya harus ada keterkaitan dan keterikatan antara burung dan pemiliknya,”terangnya.
Ditambahkan Bambang, dua tahun terakhir ini, para penggemar perkutut bertambah banyak. Ada euforia dari masyarakat untuk memelihara perkutut, banyak komunitas-komunitas penggemar bermunculan.
“Tak hanya penggemar yang bertujuan hobi, even-even perlombaan untuk prestasi juga secara rutin diadakan. Even latihan bersama, even latihan prestasi hingga tingkat nasional juga diadakan,”tambahnya.
Menyinggung even Lomba Perkutut Lokal Kapolres Salatiga Cup 2022, Bambang menilai menjadi ajang silaturahmi dan paseduluran pemilik perkutut.
“Ini sangat kita apresiasi, karena peserta berasal dari berbagai daerah di Jateng dan DIY. Sebanyak lima kelas dibagi 10 sesi, masing-masing perkutut tampil 30 menit diambil juara. Setelahnya akan dinilai untuk grand champion,”terang Bambang.
Menurut Bambang, harga burung perkutut lokal berkisar antara Rp 500.000 hingga Rp 5 juta. Namun jika sudah berprestasi dan meraih banyak juara, bisa lebih mahal.
“Untuk harga, tergantung kesepakatan pembeli dan penjual, kalau yang ‘gayer’ bisa sampai Rp 20 juta dan burung yang masuk kategori ‘korslet’ hingga Rp 50 juta karena memiliki katuranggan,” ujarnya.
Sementara Kumbara, Wakil P4LSI Korda Jawa Tengah mengatakan, saat ini hampir setiap minggu ada lomba gantangan perkutut lokal.
“Memang semangat awalnya untuk memerkuat kembali dasar budaya jawa, selain tentu meningkatkan kualitas perkutut lokal,” kata dia.
Kapolres Salatiga AKBP Indra Mardiana mengatakan lomba perkutut lokal ini diadakan dalam rangka peringatan Hari Jadi ke-76 Bhayangkara.
“Kita mengapresiasi penyelenggaraan lomba ini karena bisa menyatukan peserta dari berbagai daerah, selain menyalurkan hobi juga menggerakan perekonomian masyarakat,” ujarnya.
Menurut AKBP Indra, burung perkutut adalah salah satu simbol kelestarian budaya Jawa. “Kita semua memiliki tanggung jawab untuk meneruskan dan menjaganya agar tetap menjadi budaya Jawa,” katanya.(*)












Tinggalkan Balasan