HARIAN 7

JENDELA INFORMASI DAN MITRA BISNIS ANDA


Cegah Paham Radikalisme, Divhumas Mabes Polri Gelar FGD di Ponpes AS – Sukarti, Ini Kisah Mantan Ketua JI

Foto bersama disela FGD.

Laporan: Bang Nur

SALATIGA,harian7.com – Ajaran radikalisme telah menyentuh banyak anak-anak. Bagaimana cara agar anak kita tidak terpapar radikalisme.

Pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2021 tentang pencegahan dan penanggulangan terorisme di Indonesia.

Namun demikian pemerintah membutuhkan bantuan dari seluruh elemen terkecil masyarakat, salah satunya keluarga, untuk menekan angka terorisme di Indonesia.

Maraknya aksi terorisme terjadi karena masuknya paham-paham radikalisme. Paham ini bisa dicegah dengan pola asuh yang tepat.

Maka untuk mencegah berkembangnya paham radikalisme dan intoleransi khususnya dilingkungan lembaga pendidikan maupun pondok pesantren, Tim Divisi Humas Mabes Polri dengan Ketua Tim AKBP Gatot Hendro Hartono, bersama Narasumber   Nassir Abbas (Mantan Ketua JI) menggelar Forum Group Discussion  (FGD) di Pondok Pesantren  As-Surkati Jalan Diponegoro Salatiga, dengan tema “Terorisme Adalah Musuh Bersama”, pada Rabu (13/04/2022).

Tim Divisi Humas Mabes Polri AKBP Gatot Hendro Hartono, dalam sambutanya membacakan Amanat dari Kadiv Humas Polri dan dilanjutkan pemaparan dari Narasumber Nassir Abbas. 

Baca Juga:  Jelang Lebaran Forkopimcam Susukan Sweping Toko Besar, Makanan Kedaluwarsa 2021 di Tindak Begini

Sementara Nasir Abbas dalam materinya memaparkan bahwa dirinya bukan asli orang Indonesia namun dari Singapura. Kemudian dirinya menjadi Warga Negara Malaysia, lalu sekitar 35 tahun yang lalu ia berhenti sekolah setelah lulus SMP, dan ingin belajar Al-Quran di sebuah Masjid, yang dianggap warga sekitar disebut sebagai Masjid Wahabi. 

Namun ia tidak peduli karena mengangggap bahwa Masjid tersebut sangat cocok untuk dirinya, akibatnya pendidikan dirinya tidak lengkap.

Selanjutnya, lanjut Nasir, saya berkenalan dengan Ustadz Abu Bakar Baasyir dan mengirim saya ke Afganistan, untuk melaksanakan jihad sesuai dengan ajaran yang ia kenal. “Semuanya sudah disiapkan, namun setelah disana justru saya disuruh masuk sekolah kembali, untuk belajar dalam rangka mempersiapkan diri membentuk negara Islam, sampai saya lulus tahun 1990 dan menjadi pengajar di sana, kemudian saya aktif sebagai Ketua Kelompok Jamaah Islamiyah Wilayah Timur termasuk menguasai wilayah Indonesia,”katanya.

Baca Juga:  Gelar Simulasi Sispamkota, Polres Semarang Segarkan Kemampuan Personil Mengatasi Situasi Pemilu

Diungkapkan Nasir, kelompoklah yang merencanakan tindakan melawan pemerintah (Indonesia), namun pada akhirnya aksi mereka menyimpang sehingga terjadilah aksi terorisme, seperti pengeboman gereja dan tindakan tindakan pengeboman lainnya.

“Syukur Alhamdulillah melalui Polisi Pada 18 April 2003, saya tertangkap dalam keadaan hidup kemudian saya  menyadari bahwa saya salah dan sekarang ikut membantu Polisi dalam rangka mencegah berkembangnya paham radikalisme karena terorisme adalah musuh kita bersama,”bebernya.

Hikmahnya, masih kata Nasir, saya menyadari bahwa memang ada kelompok yang mengatasnamakan Islam untuk melawan pemerintah, yang sah di Indonesia. Padahal apa yang mereka lakukan  di Indonesia menyalahi aturan jihad, misalnya membunuh wanita, membunuh anak-anak, membunuh lawan yang tanpa perlawanan dan merusak tempat ibadah lain, namun kelompok2 tersebut melakukan itu semua.

“Perbuatan yang diridhoi Allah adalah niat baik dan sesuai tuntunan, niat jihad baik namun dengan apa yang mereka  dilakukan dengan cara pengeboman dan lain-lain itu tidak baik,”ucap Nasir.

Baca Juga:  Aksi Heroik Wanita Berjilbab di Purbalingga Gagalkan Pencurian HP

Ditambahkan Nasir, saat ini siapa saja bisa direkrut oleh mereka sehingga perlu kita membentengi diri yaitu dengan cara belajar yang benar, agar tidak ikut sana ikut sini tanpa pengetahuan yang cukup,  sehingga mudah terpengaruh hal yang tidak baik seperti kelompok terorisme.

“Untuk itu saya berharap sebagai generasi penerus bangsa tetaplah belajar sampai selesai, ditempat yang baik, jangan mudah terpengaruh dan terbawa arus, tidak termakan hoax, merasa beruntunglah hidup di Negara Indonesia dengan Pancasila yang sangat sesuai dengan ajaran agama Islam,”tambahnya.

Masih dikesempatan yang sama, Kapolres Salatiga, AKBP Indra Mardiana menyampaikan bahwa kegiatan FGD yang dilaksanakan oleh Divhumas Mabes Polri sangat baik untuk menumbuhkan  “Wawasan Kebangsaan dan Bangga menjadi Bangsa Indonesia”, sehingga dapat menangkal berkembangnya paham radikalisme yang menjadi pemicu terjadinya Aksi Terorisme.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini
error: Content is protected !!