![]() |
ISTIMEWA. |
TOKYO | HARIAN7.COM – Guncangan hebat melanda dunia penerbangan setelah tragedi tabrakan melibatkan pesawat Airbus A350 Japan Airlines (JAL) dan pesawat turboprop De Haviland Dash-8 Coast Guard di Bandara Haneda Tokyo pada Selasa (2/1/2024).
Insiden ini bukan hanya merenggut nyawa 5 awak pesawat penjaga pantai, tetapi juga meninggalkan misteri yang harus dipecahkan.
Dilansir dari Japan Today pada Rabu, 3 Januari 2023, para penyelidik Jepang bersiap memulai pengungkapan penyebab tabrakan ini. Japan Safety Transport Board (JSTB) akan memimpin penyelidikan ini dengan keterlibatan lembaga-lembaga Prancis sebagai pabrikan pesawat.
Para ahli penerbangan mengingatkan bahwa faktor penyebab kecelakaan bisa berasal dari berbagai sumber, sehingga penyelidik tidak dapat terburu-buru menyalahkan salah satu pihak.
Fokus tim penyelidik akan terletak pada instruksi sistem pesawat, koordinasi pengontrol udara, dan pemulihan data dari perekam kotak hitam, termasuk rekaman suara kokpit.
Seorang pejabat kementerian menyebutkan bahwa pesawat A350 berusaha mendarat secara normal, tetapi keberadaan pesawat penjaga pantai menjadi tanda tanya besar.
“Satu pertanyaan yang muncul adalah apakah pesawat penjaga pantai berada di landasan dan mengapa demikian,” ujar Paul Hayes, direktur keselamatan penerbangan dari Ascend by Cirium, konsultan berbasis di Inggris.
Flight Safety Foundation menyoroti peran teknologi kesadaran situasional dalam menghindari gangguan komunikasi dan koordinasi di landasan pacu.
Kurangnya peralatan elektronik untuk menghindari tabrakan di darat telah menjadi perhatian sejak tahun 1980-an.
CEO Flight Safety Foundation, Hassan Shahidi, menekankan perlunya teknologi canggih untuk mendeteksi potensi konflik di landasan pacu.
“Banyak insiden serius dapat dihindari melalui teknologi kesadaran situasional yang lebih baik,” tandas Shahidi, membawa fokus pada peran kritis dalam mencegah insiden serupa di masa depan.(Zis)