Dari Syukur Panen ke Magnet Wisata, Saparan Kopeng Dikemas Jadi Festival Budaya
Laporan: Fera Marita
KAB. SEMARANG | HARIAN7.COM – Di kaki Gunung Merbabu, Kopeng tak hanya menawarkan udara sejuk dan panorama pegunungan yang memesona. Wilayah yang sejak masa kolonial menjadi tempat rekreasi ini juga menyimpan kekayaan tradisi leluhur yang masih lestari: Saparan.
Bagi warga Kopeng, bulan Sapar dalam penanggalan Jawa adalah momentum sakral. Tradisi ini menjadi ungkapan rasa syukur atas rezeki setahun penuh, sekaligus doa memohon perlindungan dan keselamatan dunia-akhirat. Suasananya selalu meriah. Wayang kulit berpadu dengan tari-tarian rakyat—jaranan, topeng ireng, gedruk, hingga saleho. Pintu rumah warga terbuka lebar untuk tamu, menyuguhkan hidangan sebagai simbol berbagi. Semakin banyak tamu, dipercaya rezeki tahun depan semakin berlimpah.
Sayangnya, kekayaan budaya ini belum sepenuhnya tergarap menjadi atraksi wisata yang menarik wisatawan luas. Melihat peluang itu, Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Provinsi Jawa Tengah menggandeng pemuda Dusun Sleker, Desa Kopeng, membentuk Festival Kulon Kayon.
Digelar di Rest Area Kopeng pada Sabtu–Minggu (9–10/8/25), festival ini menghadirkan wayang kulit, tarian tradisi, orkes dangdut Janema, kirab budaya, hingga rebutan gunungan sayur. Tak ketinggalan prosesi pengambilan air di Tuk 9 dan penanaman pohon untuk menjaga sumber mata air yang menjadi denyut kehidupan warga.
“Kopeng sudah memiliki embrio event yang berpotensi dikembangkan menjadi event andalan yang dinantikan wisatawan,” ujar Kepala Disporapar Jateng, Muhamad Masrofi.
Ia menegaskan, Kopeng kini masuk program prioritas pengembangan pariwisata Jawa Tengah dalam kawasan aglomerasi Borobudur–Kopeng–Rawa Pening. Tradisi Saparan dan agrowisatanya menjadi “senjata” untuk menarik wisatawan.
“Festival Kulon Kayon bukan sekadar perayaan, tapi penghargaan dan pelestarian budaya. Jika dikemas apik, ini bisa menjadi daya tarik luar biasa. Kami akan mendorongnya masuk dalam Calendar of Event Jawa Tengah,” tegasnya.
Masrofi mengingatkan, kunci kemajuan pariwisata Kopeng adalah kolaborasi seluruh elemen—masyarakat, pemerintah, hingga kawasan sekitarnya.
“Semangat gotong royong akan membawa kawasan aglomerasi Borobudur–Kopeng–Rawa Pening menjadi destinasi berdaya saing, maju, berbudaya, dan berkelanjutan. Keterlibatan semua pihak akan menjadi pondasi kokoh untuk menyongsong kemajuan peradaban,” pungkasnya.
Tinggalkan Balasan