Laporan: Muhamad Nuraeni
SALATIGA | HARIAN7.COM – Suasana tegang mewarnai kampus Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga pada Kamis (8/5/2025), saat ratusan mahasiswa dan dosen dari enam fakultas mengepung Gedung G, tempat berlangsungnya Rapat Senat Universitas.
Aksi ini merupakan lanjutan dari gelombang demonstrasi yang dimulai sejak Jumat (2/5/2025) sebagai bentuk protes terhadap kepemimpinan Rektor UKSW, Prof Intyas Utami.
Mahasiswa yang tergabung dalam aksi berasal dari Fakultas Hukum, Teologi, Teknologi Informasi, Psikologi, Inter Disiplin, serta Fakultas Bahasa dan Sastra. Mereka menyuarakan kritik keras atas kebijakan rektor, terutama terkait pergantian dekan dan jajaran di Fakultas Hukum yang dinilai tidak transparan dan sewenang-wenang.
Sambil menunggu hasil rapat Senat, para demonstran bergantian melakukan orasi, baik dari kalangan mahasiswa maupun dosen. Setelah rapat selesai, Ketua Senat Universitas UKSW Prof Apriani Dorkas Rambu Atahau menyampaikan dua keputusan penting kepada para peserta aksi.
“Dialog dilaksanakan paling lambat Jumat (16/5/2025) dalam semangat kasih demi kepentingan UKSW,” kata Prof Apriani.
Senat, lanjutnya, mendesak Pembina Yayasan Perguruan Tinggi Kristen Satya Wacana (YPTKSW) untuk menginisiasi dan memediasi dialog terbuka. Dialog tersebut diwajibkan melibatkan berbagai unsur kampus, yakni pengurus yayasan, pimpinan senat, rektorat, fakultas, lembaga kemahasiswaan, serta tenaga kependidikan (tendik).
Pada poin kedua, Senat meminta rektor dan jajaran wakil rektor untuk segera melakukan perbaikan tata kelola universitas sesuai dengan ketentuan dalam Statuta UKSW tahun 2016.
“Ini dalam hal yang terdiri atas tapi tidak terbatas, pada RAPBI, admisi mahasiswa baru, investasi fisik, pelayanan kepada mahasiswa, pengembangan karier, serta pemenuhan kesejahteraan dosen dan tendik, dan peraturan kebijakan yang lain yang harus mendapat pertimbangan Senat Universitas,” jelas Apriani.
Keputusan Senat ini mendapat sambutan positif dari Ketua Senat Mahasiswa Universitas (SMU) UKSW, Tri Aprivander Waruwu, yang menilai langkah Senat sebagai bentuk keberpihakan terhadap aspirasi mahasiswa.
“Kami melihat, Senat UKSW sudah mendukung aspirasi mahasiswa dengan memperhatikan kondisi UKSW,” ujarnya.
“Kami mendesak Rektor UKSW membuka ruang dialog seluasnya, mengevaluasi tata kelola universitas dan pemenuhan hak mahasiswa,” tambah Tri.
Pemicu Aksi: Pencopotan Dekan FH
Gelombang demonstrasi di UKSW bermula pada Jumat (2/5/2025), dipicu oleh keputusan rektorat mengganti dekan dan jajaran pimpinan Fakultas Hukum. Langkah ini memicu kemarahan mahasiswa dan dosen, yang kemudian melakukan longmarch sejauh satu kilometer menuju kantor Rektorat Kampus Kartini.
“Kami, selama ini, sudah diam melihat polah pimpinan universitas. Namun, dengan adanya pergantian dekan dan jajaran, mahasiswa FH satu suara menyatakan menolak,” tegas Koordinator aksi, Rezky Passiuola, pada Jumat.
Aksi serupa kembali berlangsung pada Senin (5/5/2025), dengan partisipasi mahasiswa, dosen, dan alumni dari Fakultas Hukum, Teknologi Informasi, dan Teologi, yang menuntut pencabutan SK pencopotan dekan serta peningkatan fasilitas perkuliahan.
Aksi ini menandai momen kritis bagi UKSW, dengan tekanan kuat dari komunitas akademik untuk mengubah arah kepemimpinan dan memastikan keterlibatan semua unsur kampus dalam pengambilan keputusan strategis.(*)