HARIAN 7

JENDELA INFORMASI DAN MITRA BISNIS ANDA

Tradisi Open House Tahun Baru di Dusun Tugu: Harmoni dan Toleransi yang Mengakar

Laporan: Wahyu Widodo

TENGARAN | HARIAN7.COM – Ada hal yang selalu dinantikan warga dan pengunjung di Dusun Tugu, Desa Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang, setiap tanggal 1 Januari. Tradisi open house yang berlangsung meriah ini telah menjadi ciri khas unik dusun tersebut, menghadirkan suasana kebersamaan seperti Lebaran.

Sebanyak 274 kepala keluarga di empat RT di RW 4 Dusun Tugu secara serentak membuka pintu rumah mereka untuk menerima tamu, baik tetangga sekitar maupun kerabat dari luar kota. Pantauan di lokasi, puluhan mobil dan ratusan sepeda motor tampak berjajar di sepanjang jalan desa. Para tamu datang silih berganti, memenuhi undangan tidak tertulis untuk bersilaturahmi dan menikmati hidangan yang disajikan di setiap rumah.

Baca Juga:  Antrean Mengular, Warga Serbu Beras Murah di Ungaran

H. Saefudin, Kepala Desa Bener, menjelaskan bahwa tradisi open house ini sudah berlangsung secara turun-temurun selama puluhan tahun. Menurutnya, tradisi ini tidak hanya mempererat hubungan antarwarga, tetapi juga menjadi daya tarik tersendiri bagi desa tersebut.

“Kegiatan ini dari tahun ke tahun semakin ramai. Banyak tamu dari luar daerah yang sengaja datang untuk ikut merasakan kehangatan tradisi ini. Bahkan, warga sering menerima tamu hingga pukul 11 malam,” ungkap Saefudin kepada harian7.com, Rabu (1/1/2025).

Baca Juga:  Menghormati Sang Pahlawan: Patung dr. Cipto Mangunkusumo Dikawal dalam Kirab Budaya

Saefudin menambahkan, tradisi ini juga mencerminkan harmoni antaragama yang kuat di Dusun Tugu, di mana mayoritas warganya beragama Kristen. “Saat open house, warga Muslim membantu menjaga jalan dan mengatur lalu lintas. Sebaliknya, pada saat Idul Fitri, warga Kristen juga ikut menjaga rumah-rumah yang kosong saat warga Muslim melaksanakan salat Id,” jelasnya.

Dari Lokal Menjadi Magnet Regional

Sri Nanda Yudi Himawan, Kepala Dusun Tugu, mengungkapkan bahwa tradisi ini awalnya hanya melibatkan warga setempat dan tamu dari desa tetangga. Namun, kini, tamu-tamu yang datang berasal dari kecamatan, kota, bahkan kabupaten lain.

Baca Juga:  Modusnya Pinjam Uang, Pelaku Penipuan Dibekuk Polisi

“Warga asli Dusun Tugu kini bahkan sulit keluar rumah pada tanggal 1 Januari karena begitu banyak tamu yang datang. Tradisi ini telah berkembang pesat, tetapi tetap menjadi sarana perekat kebersamaan,” ujar Nanda.

Ia juga menuturkan bahwa Dusun Tugu dikenal dengan istilah “Kampung Kristenan” karena mayoritas warganya yang beragama Kristen dan tradisi yang kental dengan nilai-nilai kekeluargaan serta toleransi.

Baca Juga:  Muntohar, Akhirnya Jabat Ketua PAC PP Ungaran Barat Periode 2019-2021.

Pesona yang Tak Tergantikan

Bagi para pengunjung, seperti Arief Syarifudin asal Tengaran, tradisi open house ini memberikan pengalaman yang unik. “Rasanya seperti Lebaran atau Saparan, tetapi lebih ramai. Banyak tamu dari luar kota datang untuk bersilaturahmi. Suasananya sangat hangat dan penuh kebersamaan,” katanya.

Tradisi ini tak hanya menjadi momen perayaan tahun baru, tetapi juga simbol solidaritas dan toleransi yang kuat di tengah keberagaman masyarakat. Dusun Tugu, dengan tradisi open house-nya, menjadi bukti nyata bahwa harmoni sosial dapat terwujud melalui tradisi yang dilestarikan bersama. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini
error: Content is protected !!