Konsolidasi Hati dan Rasa Antara Wartawan Dengan Mitra Kerja
![]() |
KH Supandi penceramah agama nan cerdas namun humoris dari Semarang ketika bertausiyah dalam acara halal bihalal dan silaturahmi wartawan PWI Jateng, Senin (8/5/2023). |
SEMARANG | HARIAN7.COM – Persatuan wartawan Indonesia (PWI) Jawa Tengah menggelar acara halal bihalal dan silaturahmi bertema “Ojo Nekat dan Ojo Kumat” di halaman Gedung Pers Jawa Tengah, di jalan Trilomba Juang Semarang, Senin (8/5/2023).
Forum silaturahmi sesama wartawan anggota PWI ini selain dihadiri segenap pengurus PWI dan Ikatan Keluarga Wartawan Indonesia (IKWI), para wartawan senior yang tergabung dalam paguyuban Asosiasi Sahabat Lama (Assalam) juga mengundang sejumlah tokoh masyarakat formal serta Informal selaku mitra pekerjaan wartawan.
Hadir dalam pagelaran sederhana ini sejumlah pemuka masyarakat Jawa Tengah. Diantaranya tampak Suharsoyo, salah satu Pembina Yayasan Alumni Universitas Diponegoro. Ketua KONI Jateng, Bona Ventura Sulistiyana. Feri Wawan Cahyono, anggota DPRD Jateng. Rina Retnaningrum, Kepala Dinas Kominfo Jateng serta Agung, Kabid IKP Kominfo Jateng.
Ketua PWI Jateng, Amir Machmud saat berpidato menyambut hadirin sekaligus membuka acara mengatakan, Silaturahim adalah bungkus spiritual dalam mengkonsolidasi hati dan perasaan kita.
“Melalui forum konsolidasi hati dan rasa seperti ini diharapkan dapat selalu saling memperkuat tautan hati dan perasaan antara para wartawan dengan segenap mitranya dalam bekerja,” ungkap Amir Machmud.
Khusus tentang pemilihan tema “nyleneh” bernada canda “Ojo Nekat dan Ojo Kumat” itu ia bermaksud membangkitkan pemikiran bijaksana dan mawas diri.
“Wong usianya sudah setua ini kok masih nekat makan tengkleng. Nanti kan bisa kumat sakit asam uratnya. Namun kalau kadang-kadang sedikit kambuh ya tidak mengapalah,” tuturnya yang disambut gelak tawa tetamunya.
Dikatakan oleh Amir, melalui ungkapan guyonan seperti itu diharapkan dapat memancing tausiyah cerdas dari Pak Pandi.
Kyai Haji (KH) Supandi yang dihadirkan dalam acara halal bihalal dan silaturahmi PWI Jateng itu adalah sosok penceramah agama Islam asal Kota Semarang yang dikenal brilian namun bertutur kata santai nan sarat humor dalam penyampaian pesan nasihat keagamaannya.
*Persuasif*
Dalam tausiyahnya yang tidak bertele-tele dan hanya berdurasi sekitar 25 menit, KH Supandi antara lain mengatakan kalau makna Idul Fitri sebagai kembali ke Fitri itu sesungguhnya merupakan ungkapan persuasif.
“Kalau setelah melalui masa berpuasa sebulan ramadan kemudian kita merasa sudah menjadi orang suci itu kurang tepat. Makna yang lebih tepat adalah ajakan agar kita selalu berupaya mencapai kesucian,” demikian pesan KH Supandi. (Sugayo)
Tinggalkan Balasan