Kisah Jatuh Bangun Pengusaha Drum Custom Dimasa Pandemi, Kini Hasil Karyanya Tembus Pasar Mancanegara
Laporan: Muhamad Nuraeni
SEMARANG | HARIAN7.COM – Hampir tiga tahun pandemi menyebar luas di Indonesia, banyak sektor yang terkena imbas dari pandemi virus ini.
Beberapa sektor seperti sektor ekonomi, bisnis, pariwisata, industri, kesehatan dan lain sebagainya. Di sektor ekonomi contohnya. Para pengusaha untuk bertahan hidup dan tetap ada pemasukan berbagai cara dilakukan.
Seperti halnya yang dialami Adi Nugroho (25) pemuda yang beralamat di Jalan Sanggrahan, RT 2 RW 2 , Kelurahan Lodoyong, Ambarawa, Kabupaten Semarang ini yang sukses membuat drum custom.
Tidak main-main drum custom yang ia produksi beberapa kali di ekspor ke Eropa dan Taiwan.
Saat ditemui di rumahnya Rabu (4/1/2023) Adi sapaan akrabnya mengaku bingung saat pertama kali dapat pesanan dari Taiwan.
“Pertama bingung mas. Tiba-tiba wa masuk pakai bahasa China, saya kira salah kirim to. Tapi ternyata beneran. Nah saya ya bisanya translate dulu baru bales. Untung nggak telepon,” ungkap Adi.
Adi mengaku, drum custom pernah dipesan dari luar negeri. Itu dapat informasi lewat media sosial Instagram. Sebab pembelinya itu mengambil foto dari Instagram dan meminta dibuatkan seperti yang ada di foto.
Sementara pesanan dari orang Eropa itu adalah kolektor drum. Datang sendiri ke rumahnya untuk pesan. Tapi bisa bahasa Indonesia. Adi mengungkapkan orang luar negeri itu tertarik karena drum buatannya berasal dari limbah.
“Yang dari luar itu malah tertarik kok sangar men bisa buat dari limbah. Sampai sana di tes dan cocok. Soundnya bisa disetel high, mix, low,” beber pemuda yang sudah hobi bermain drum sejak kelas 2 SD ini.
Saat ini juga ada pelanggan dari Malaysia yang masih bertanya-tanya ingin membelinya. Sementara pesanan lokal paling banyak berasal dari Semarang dan Bandung.
Adi bercerita memulai usaha produksi drum di tahun 2019 akhir. Awal produksi tersebut, ia sempat disepelekan dan dipandang sebelah mata oleh tetangga sekitarnya.
“Ya dulu ditanyain tetangga mas kenapa malah buka usaha di saat pandemi datang. Saya jawab mas, ya mau bagaimana lagi daripada menganggur,” katanya.
Sebelumnya, Adi sudah memiliki usaha kerajinan kriya dinding dari kayu, namun tidak bertahan karena terdapat pandemi yang membuat pemasarannya sepi. Selain itu pemuda yang memiliki basic musisi sejak kecil ini juga sempat mengajar sebagai guru musik. Namun terpaksa terhenti akibat pandemi covid-19.
“Mau ngeband juga tidak aktif bandnya mas. Terus ngajar musik lagi juga sudah tidak ada muridnya,” ujarnya.
Awal tercetusnya ide membuat usaha produksi drum berawal dari Komunitas Drum Ambarawa. Ia melihat banyak anggota komunitas tersebut juga memiliki usaha yang sama. Namun banyak juga usaha tersebut tidak diproduksi sendiri melainkan hanya menjadi pihak ketiga.
Dari hal tersebut, Adi melihat peluang bisnis yang bisa dimanfaatkan. Bersama dengan seniornya Mas Joko, ia memulai produksi drum tersebut. Diajari satu kali dan akhirnya secara otodidak membuat drum. Setelah jadi drumnya cukup bagus dan sampai sekarang masih dipakai oleh temannya.
“Awal itu membuat dengan alat seadanya dan bahan juga seadanya. Jadi dari limbah dari teman saya itu banyak, yang bisa saya pakai tak buat,” terang dia.
Pertama membuat Adi membutuhkan waktu satu bulan. Setelah itu membuat sampel dan memasarkan lewat media sosial. Selain itu saat bermain band membawa sampel untuk diperkenalkan.
“Pembeli pertama itu malah dari Jambi. Tahu dari Instagram. Satu sener itu Rp 4 juta. Terus dari situ rekan-rekan dari Ambarawa dan Semarang mulai memesan,” ungkapnya.
Adi mengungkapkan promosi dan pemasaran usahanya tersebut hanya dari Instagram saja. Belum masuk ke E-Commerce karena handphone miliknya yang belum memadai. Meskipun, belum menyentuh ke E-Commerce seperti Shoppe ataupun yang lainnya.
Usahanya tersebut selalu mendapatkan pelanggan. Saat ini Adi dibantu satu karyawan untuk membuat drum itu. Sebulan Adi dapat pemasukan sampai Rp 5 juta.
Kedepannya Adi ingin membuat rumah produksi sendiri. Sebab saat ini tempat pembuatan drum miliknya sangat kecil. Selain itu juga melengkapi alat-alat yang dibutuhkan.
“Sekarang membuatnya itu dengan alat yang tidak banyak mas. Cuma trimer tok dari memotong bundar menggunakan itu. Jadi orang Eropa dibuat bingung. Cara bubutnya bagaimana dengan alat seadanya itu,” jelasnya.
Walaupun begitu, drum buatannya bisa berbunyi dengan sesuai standar. Diakuinya ada orang Jambi yang ingin datang ke rumahnya untuk belajar. Sebab tidak percaya bisa membuat dengan alat yang seadanya.(*)
Tinggalkan Balasan