HARIAN 7

JENDELA INFORMASI DAN MITRA BISNIS ANDA

Peranan Generasi Milenial Terhadap Industri Pertanian Masa Depan Sangat Penting, SPPQT Salatiga Mengajak Para Pemuda Menjadi Petani

Laporan: Bang Nur

SALATIGA | SALATIGA – Kurangnya minat generasi muda dalam pertanian disebabkan karena dunia pertanian yang katanya identik dengan dunia kotor, kumuh, miskin, dan komunitas yang terpinggirkan, serta dianggap tidak menjanjikan.

Padahal sektor pertanian berpengaruh besar dalam menunjang ketahanan pangan, stabilitas nasional, serta penghasil devisa negara. 

Prihatin dengan kondisi itu, Serikat Paguyuban Petani Qaryah Thoyyibah (SPPQT) Salatiga mengajak para pemuda untuk menjadi petani. Mengingat kepedulian generasi muda terhadap dunia pertanian sangatlah penting.

“Saat ini jumlah petani semakin menurun. Apalagi petani sebagai penyokong kebutuhan pokok sehari-hari. Harus tetap ada regenerasi sebagai petani,”kata Ketua SPPQT Salatiga Muhlisin, saat ditemui wartawan, kantornya Jalan Ja’far Shodiq No 25, Tingkir, Salatiga, Selasa (13/12/2022).

Muhlisin menyebut bahwa harus ada perubahan mindset agar pemuda atau milineal tertarik ke bidang pertanian. Salah satunya adalah dengan pendekatan bisnis.

Baca Juga:  Ratusan Kader Partai Gerindra Kota Salatiga Ikuti Pendidikan Politik

“Jadi tidak sebagai petani tradisional, mencangkul, dan lain sebagainya. Karena kalau itu kan pemuda tidak tertarik blas. Tapi kita dekati pemuda untuk jadi pebisnis bidang pertanian. Mengolah hasil pertanian agar memiliki nilai lebih tinggi,”terangnya.

Sehingga, lanjut Muhlisin, melalui pendekatan itu pemuda tidak lagi gengsi. Selain berbisnis nantinya pemuda juga secara tidak langsung terjun ke lapangan. Ditambah saat ini pertanian yang lebih modern juga mulai diperkenalkan dan diminati. Seperti penggunaan greenhouse dan alat pertanian yang canggih.

“Tahun ini kita ada program untuk pemberdayaan pemuda tani itu ada 225 orang,” bebernya.

Baca Juga:  Satpol PP Cilacap Bina 9 Pelajar Yang Bolos Sekolah

Muhlisin menambahkan, pemuda yang berasal dari Salatiga dan sekitarnya itu dididik sesuai dengan minat bisnisnya. Memang tidak mudah mencarinya. Karena rata-rata di desa itu pemuda setelah lulus sekolah langsung bekerja. 

Namun kami terus mencari dengan informasi dari tokoh masyarakat. Mencari anak muda yang berminat bisnis di bidang pertanian. Kemudian pihak SPPQT menjadi wadah untuk berdiskusi, memberikan pelatihan, dan mencarikan mentor.

“Kami juga carikan mereka ini mentor-mentor yang memang sudah punya pengalaman di bidangnya,” terangnya.

Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi anak-anak muda yang baru mulai merintis bisnis mengalami kegagalan yang fatal. Sebab pada beberapa tahun lalu Muhlisin mengaku hanya 10% dari pemuda binaannya yang berhasil melanjutkan usahanya.

Baca Juga:  Penemuan Mayat Wanita di Pantai Lorong Cemoro Depok, Bantul Terungkap, Mantan Pacar Jadi Pelaku

“Jadi memang agak susah mas. Anak muda sekarang kalau soal enterpreuner takut dan lingkungan sering kali tidak mendukung. Makanya itu strategi kami ya minta mentor-mentor yang memang benar-benar sudah berpengalaman secara langsung di dunia bisnis. Bukan mentor yang jual jasa mentor saja,” ungkapnya.

Ia membeberkan jika kedepannya akan secara intensif melakukan pelatihan untuk 225 pemuda yang sudah tergabung itu. Harapannya pemuda yang memiliki ide bisnis itu bisa terwujud. Sementara yang sudah jalan bisa semakin berkembang.

“Ada harapan juga kami untuk membentuk unit koperasi tani. Seperti yang ada di Belanda. Petani sebagai pemilik saham di koperasi itu. Sementara pelaksana koperasi itu hanya pekerja. Jadi petani memiliki daya tawar yang diperhitungkan,”pungkasnya.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini
error: Content is protected !!