HARIAN 7

JENDELA INFORMASI DAN MITRA BISNIS ANDA

Kejuaraan Gantolle Telomoyo Cup VI 2022 Kembali Di Gelar Tanpa Pilot Asing, Begini Penjelasannya

Laporan: Fera Marita

UNGARAN,harian7.com – Usai vakum selama 2 tahun akibat pandemi covid 19,  kejuaraan lintas alam terbatas (Race To Goal) gantolle kembali di gelar di Gunung Telomoyo, Jawa Tengah mulai Senin ( 12/9/22 ) hingga Sabtu ( 17/9/22 ).

Sebanyak 39 pilot dari provinsi Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jogjakarta, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Sumatera Barat dipastikan mengikuti gelaran Telomoyo Cup VI tahun ini.

Namun ada yang berbeda dalam ajang Telomoyo Cup VI ini, yaitu tidak adanya pilot asing yang berpartisipasi dalam kejuaraan kali ini. Menurut Tagor Siagian, humas Telomoyo Cup VI, absennya pilot asing tersebut terkait dengan pandemi covid 19 yang masih menghantui hingga saat ini.

“Akibat penyebaran pandemi Covid-19 yang masih cukup tinggi di negaranya, para pilot Australia, Jepang, Jerman dan Korea Selatan yang teratur mengikuti Piala Telomoyo sejak 2014, serta negara asing lainnya menyatakan urung terlibat pada Piala Telomoyo VI,” papar Tagor kepada harian7.com.

Baca Juga:  Tanam 200 Pohon Tumbuhan Aromatik Dengan 76 Jenis Raih Rekor Muri 2021

Menurutnya, ketidakhadiran pilot asing juga sangat disayangkan oleh pilot nasional karena dari para pilot asing yang rajin mengikuti  kejuaraan di seluruh dunia inilah, mereka bisa belajar banyak tentang teknik terbang dan mental berlomba.

Gunung Telomoyo yang memiliki ketinggian 1940 mdpl ini sudah dijadikan kawasan peluncuran olahraga Gantolle  sejak tahun 1999 dan digunakan untuk kejuaraan sejak 2002. Selain karena tantangan alamnya untuk terbang, pilot asing melirik Telomoyo karena sudah terdaftar sebagai kegiatan tetap pada kalender FAI (World Air Sports Federation ), induk olahraga dirgantara dunia dengan status kejuaraan Kategori 2. 

“Kejuaraan kali ini berlangsung kompetisi penuh, tidak ada semi-final dan final. Juara ditentukan jumlah nilai tertinggi, hasil perolehan nilai dari jumlah ronde/sortie penerbangan yang diikuti.”

Baca Juga:  Gandeng LKBHI IAIN, Rutan Salatiga Gelar Penyuluhan Hukum

“Pada nomor Lintas Alam Terbatas (Race To Goal/RTG), pilot diharuskan terbang melewati titik-titik dalam soal yang dibuat Direktur Lomba dan Dewan Pilot (perwakilan pilot) dalam waktu tercepat. Tiap ronde/hari soalnya berbeda.”

“Misalnya, lepas landas di Gunung Telomoyo, lalu menuju Kampoeng Java (pabrik air mineral Java), Candi Songo, Musium Kereta Ambarawa dan Jembatan Tuntang dengan garis akhir setelah memasuki lingkaran kawasan persawahan Desa Sraten. Mencapai jarak sekitar 50 km yang bisa ditempuh dalam waktu sekitar 2 jam,” imbuh Tagor.

Tak bisa dipungkiri, kemajuan teknologi digital sangat membantu kelancaran lomba olahraga dirgantara era sekarang. Alat GPS (Global Positioning System) yang wajib dibawa tiap pilot, akan merekam dengan pasti apakah pilot memasuki lingkaran radius titik sesuai soal atau tidak. Sebelumnya, para pilot harus memotret titik yang dilewati dengan kamera saku analog.

Mengingat waktu tempuh yang lama, maka dalam lomba lintas alam terbatas, tiap hari hanya berlangsung satu ronde. Hal ini juga dikarenakan  kondisi cuaca dan angin yang cenderung memburuk di siang hari, yakni berkabut dan angin dari arah belakang lokasi lepas landas ( tailwind ). 

Baca Juga:  Walikota Salatiga Berangkatkan Tim Khusus Serahkan Bantuan Bencana Alam ke Lombok, NTB

“Agar pilot dapat lepas landas dengan baik, maka arah angin harus dari depan atau utara lokasi lepas landas/headwind. Kondisi angin yang layak terbang adalah yang berkecepatan 5-30 km/jam. Olahraga alam sangat bergantung cuaca dan angin. Hujan gerimis saja para pilot harus segera mendarat, karena beban dari air akan membuat layangan tidak seimbang. Arah angin juga sangat menentukan kecepatan pilot terbang. Ibarat orang naik sepeda di tanjakan, bila pilot terbang melawan arah angin, akan membuat waktu tempuhnya semakin lama. Sebaliknya, bila pilot terbang mengikuti arah angin, terkadang kecepatannya bisa mencapai 120 km/jam,” pungkas Tagor. ( * )

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini
error: Content is protected !!