Cuaca Buruk, 21 Pilot Gantolle Pindah Take Off Ke Gunung Gajah Demi Sambut Ganjar
![]() |
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, saat mengunjungi lokasi pendaratan di lapangan Desa Sraten. ( foto doc. Koko Kembar ) |
Laporan: Fera Marita
UNGARAN,harian7.com – Cuaca buruk yang melanda Gunung Telomoyo beberapa hari ini mengakibatkan 39 pilot yang siap berlaga di ajang Telomoyo Cup VI batal terbang sejak gelaran latihan resmi Minggu ( 11/9/22 ) kemarin.
Seperti yang sudah dijelaskan Humas Telomoyo Cup VI, Tagor Siagian, sebelumnya, bahwa olahraga alam sangat bergantung cuaca dan angin, maka hal ini lah yang mengakibatkan semua pilot gagal terbang dari lokasi take off gunung Telomoyo.
Namun dikarenakan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, akan hadir sekaligus meninjau lokasi landing di lapangan Desa Sraten Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang, Selasa ( 13/9/22 ), akhirnya panitia membagi 2 kategori peserta di 2 lokasi take off yang berbeda.
Sebanyak 21 pilot Kelas B ( Floater ) mengambil take off dari gunung Gajah sedang ke 18 pilot Kelas A ( Terbuka / open ) tetap melakukan take off di gunung Telomoyo. Hal ini untuk mengantisipasi jika cuaca di Telomoyo kembali memburuk hingga mengakibatkan seluruh pilot gagal terbang.
“Supaya Gubernur Ganjar bisa melihat Gantolle mendarat & penonton tidak kecewa kalau lomba batal di semua kelas. Karena Kelas B tidak butuh ketinggian lepas landas seperti Kelas A. Tugas dalam lomba pun berbeda. Untuk Kelas A tugasnya sejauh 43,7 km, sedang Kelas B tugasnya hanya sejauh 36, 8 km. Tapi mulai Rabu besok semua pilot baik Kelas A atau Kelas B akan terbang dari Telomoyo,” ungkap Tagor Siagian saat dikonfirmasi mengenai berpindahnya lokasi take off.
Tagor menjelaskan bahwa perbedaan kelas sesuai jenis layangan. Kelas Terbuka adalah gabungan pilot yang memakai layangan dua lapis, yakni Topless, tanpa Kingpost (tiang penyangga sayap) dan Kelas Sport (dengan Kingpost). Sedangkan Kelas Floater bagi pilot yang memakai layangan satu lapis. Layangan dua lapis punya pergerakan lebih lincah dan pastinya membuat pilot mampu terbang dengan kecepatan lebih tinggi dibanding layangan satu lapis sehingga membutuhkan landasan take off yang lebih tinggi.
Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, saat meninjau lokasi pendaratan mengungkapkan jika area pendaratan ternyata menjadi area yg cukup representatif. Namun belum di garap dengan baik.
“Jadi kalau kita bicara tempat take off nya, ada dua titik. Yang sangat bagus sekali. Landing nya ada di sekitar rawa pening sini. Tapi ini yang belum tuntas adalah tempat landingnya,” ungkap Ganjar.
“Kalau tempat pendaratan dan take off di garap, diatur, akan semakin lebih bagus. Spotnya dapet, tourismnya dapet ,” imbuh Ganjar.
Diharapkan Ganjar spotnya penerbangan dan pendaratan bisa dibuat terus menerus. Hal tersebut tentu atas dukungan dari pemerintah daerah dan BBWS.
“Kemudian kita dorong, dibuat tempat landing yang permanen. Maka event bisa kita siapkan. Maka ketika di tengah tidak ada event, kita bisa jualan tourism. Ini tourismnya kita harapkan orang bisa mencoba langsung paralayang dan gantolle, orang bisa melihat, daya efek ekonomi juga,” tandasnya.(*)
Tinggalkan Balasan