Penerima BLT di Dusun Kupen Desa Baleagung Kecamatan Grabag Dipotong Rp200.000
Penulis: Ady Prasetyo
![]() |
Kabul, Ketua RT 5 Dusun Kupen Desa Baleagung Kecamatan Grabag. |
MAGELANG, harian7.com – Beberapa jenis bantuan dari Pemerintah untuk warga masyarakat saat ini telah banyak digelontorkan baik melalui pemerintah desa maupun yang bisa diambil langsung oleh penerima, salah satu contoh adanya Bantuan Langsung Tunai (BLT).
Hampir semua warga masyarakat yang hidup dibawah garis kemiskinan dan terdampak adanya pandemi Covid-19 khususnya di kabupaten magelang bisa mendapatkan bantuan.
Namun nampaknya di dusun Kupen desa Baleagung kecamatan grabag tidak kesemuanya bisa tersentuh bantuan, pasalnya para penerima bantuan BLT masih dilakukan pemotongan dengan alasan untuk pemerataan oleh masing-masing ketua RT yang diduga di kordinir oleh kepala dusun.
Hal itu diakui oleh Kabul (60) salah satu ketua RT.5 Dusun Kupen Desa Baleagung Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang bahwa bulan – bulan kemarin para penerima bantuan Rp600.000 (Enam ratus ribu rupiah) tersebut dipotong sebesar Rp200.000 (Duaratus ribu rupiah).
” Saya selaku RT 5 mengumpulkan dari masing-masing penerima selanjutnya saya setorkan kepada Bapak Kadus, setelah itu saya menerima amplopan dari pak kadus untuk diberikan ke sebagian warga di RT saya,” Tuturnya.
Sementara itu Nur Muhammad Sholikin selaku kepala Desa Baleagung saat di konfirmasi merasa tidak pernah mengintruksikan kepada para kepala dusun untuk melakukan hal semacam itu.
” Saya tidak pernah intruksikan hal itu, tapi saya cek di Kadus benar adanya, dan sudah ada berita acara musyawarah semuanya, dan tanda terima yang menerima, kemarin hasil cek ke lapangan,” Jelasnya pada Sabtu, (8/5/21).
Hal ini juga disayangkan oleh salah satu warga Desa Baleagung yang tidak mau disebutkan identitasnya. ini mungkin bisa menjadikan polemik dimasyarakat karena bisa saja pembagian pemerataan tersebut kurang sesuai yang diharapkan warga masyarakat secara keseluruhan di desa Baleagung apalagi ada salah satu kepala dusun yang mengaku tidak melakukan hal serupa.
” Ini sangat riskan karena pasti masih ada saja warga yang kurang bisa menyadari hal itu baik dari penerima yang dipotong maupun warga lain yang seharusnya mendapatkan jatah dari pemotongan itu akan tetapi hanya mendapatkan isapan jempol semata,” Pungkasnya. (*)
Tinggalkan Balasan