HARIAN 7

JENDELA INFORMASI DAN MITRA BISNIS ANDA


Pelepasan Burung dan Penanaman Pohon Langka Warnai Prosesi Tirta Purwita Sari Sendang Totog

Penanaman pohon di Sendang Totog.(Foto: Fera/Vitri – harian7.com)

Penulis: Fera Marita

UNGARAN,harian7.com – Dengan menggunakan pakaian adat jawa lengkap, beberapa perangkat desa dan kecamatan Sumowono menggelar prosesi pengambilan air suci atau lebih dikenal dengan tirta purwita sari di Sendang Totog Dsn. Garon Ds. Candigaron Kec. Sumowono Kab. Semarang pada Kamis ( 11/3/21 ).

Sendang Totog sendiri merupakan salah satu dari 11 sumber mata air di wilayah Kab. Semarang yang airnya akan dipergunakan dalam prosesi jamas pusaka peringatan HUT ke 500 Kab. Semarang. 

Sebelum pengambilan air, posesi dimulai dengan penyematan dupa dan bunga setaman di area mata air oleh salah seorang pemangku adat setempat. Prosesi ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan terhadap alam yang telah melimpahkan mata air sekaligus permohonan ijin untuk memanfaatkan air sendang agar bisa digunakan sebagai penjamas pusaka dalam merti bumi serasi Kab. Semarang.

Baca Juga:  Tahun Baru Islam 1445 H, Dharma Wanita Ikawati BPN Cilacap Santuni Anak Yatim

Selanjutnya di gelar doa bersama di lokasi sendang yang bertujuan memohon keberkahan kepada Sang Pencipta agar senantiasa melimpahkan kebaikan dan kesejahteraan kepada masyarakat setempat dan masyarakat Kab. Semarang pada umumnya.

Tak hanya pengambilan air saja, keunikan prosesi di Sendang Totog ini adalah dengan adanya pelepasan ikan nila dan burung sebagai simbul pelestarian lingkungan. Serta penanaman pohon wuni keraton dan kepel yang merupakan pohon langka di sekitar sendang untuk menjaga kelestarian mata air Sendang Totog.

Baca Juga:  Terjerat Kasus Eksploitasi Seksual Anak, Pemuda Jakarta Barat Ditangkap di Salatiga
Pelepasan benih ikan.

Camat Sumowono, Asep Mulyana, mengungkapkan bahwa prosesi ini jauh lebih sederhana dari tahun lalu sebelum pandemi.

“Tahun sebelumnya Kec. Sumowono disinggahi saat kirab budaya dan kirab pusaka yang selalu digelar sebelum ada pandemi. Untuk tahun ini hanya ada jamas pusaka. Itu pun acaranya harus sesingkat mungkin dan tetap mematuhi protokol kesehatan,” ujar Asep saat ditemui harian7.

Asep menjelaskan bahwa pihaknya akan selalu mendukung setiap kegiatan nguri-uri budaya. 

Baca Juga:  Hindari Kerumunan, Polres Tegal Permudahkan Pelayanan SKCK

“Kegiatan nguri-uri budaya harus tetap dipertahankan apapun kondisinya. Supaya budaya kita tidak luntur dan bisa mendunia. Dan sangat penting untuk melibatkan generasi muda dalam kegiatan budaya supaya mereka tau tentang tradisi sehingga mereka bisa ikut nguri-uri budaya yang ada di masyarakat,” tandas Asep.(*)

Berita terkait :

Puncak Merti Bumi Kab. Semarang, Terkumpulnya 11 Air Suci Di Puncak Brawijaya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini
error: Content is protected !!