Dulu Di Cuekin, Kini Burung Pleci Jadi Primadona
Magelang,harian7.com – Siapa yang tak kenal dengan burung pleci atau yang lebih dikenal dengan burung kaca mata. Kini udara di Kabupaten Magelang, sedang terjangkit virus demam pleci, cobalah tengok di setiap perlombaan, gantangan pleci selalu penuh dipadati kicau mania yang sedang terhipnotis oleh si kecil ini.
Tahukah anda.. Pleci yang dulu dipandang sebelah mata, namun kini jutaan mata dibuatnya terpana kenapa? terpana oleh harganya yang kian melangit. Kini pleci bukan hanya milik rakyat jelata, tapi sudah merambah ke konglomerat. Si burung rakyat kini menuju ke konglomerat, atau boleh di katakan naik tahta.
Saat ini burung pleci jadi primadona bagi penghobi burung di negeri ini, bahkan burung jenis ini apabila sudah mahir berkicau, harganyapun bisa mencapai jutaan bahkan puluhan juta rupiah. Di kancah dunia kicau mania, burung pleci dinamakan dengan sebutan burung kacamata, sementara di Daerah Jawa dan sekitarnya dikenal dengan nama burung Pleci.
Daerah persebarannya adalah di wilayah Tropika, Afrika, Indonesia, Australia serta wilayah Asia. Panjang tubuhnya dari ujung paruh hingga ujung ekor hanya berkisar antara 8–15cm. Ciri yang paling jelas dan menonjol pada burung ini adalah adanya lingkaran garis putih yang mengelilingi mata, meskipun ada beberapa jenis yang tidak memilikinya, perawatan burung satu ini pun tergolong gampang-gampang susah.
Namun bagi para pecinta pleci, merawat burung yang satu ini sangatlah mengasyikan, dan semenjak sekitar tahun 2007 burung ini sudah mulai dilombakan di wilayah Kabupaten Magelang dan sekitarnya, seperti tampak dalam foto salah satu kegiatan latber yang diadakan tiap hari Jumat di pasar burung Sanggrahan atau biasa dikenal pasar Wage mbalak Magelang, setiap event digelar selalu dipenuhi para pecinta pleci dari berbagai kota seperti dari Salatiga, Semarang Temanggung, Jogja dan lainya, Demikian di katakan Iyok, ( 38) asal Wonosobo, saat ditemui harian7.com pada sebuah lomba kicau mania di wilayah Kabupaten Magelang.
” Saya jauh-jauh datang kesini ( Mbalak, Red) untuk ikut meramaikan dan mencoba keberuntungan mengikuti latber ini, disampingi itu saya senang bisa ketemu dengan rekan-rekan sesama pleman ( Pleci Mania) dan bisa untuk saling berbagi ilmu tentang perawatan pleci yang baik dan benar,” terangnya.
Dalam perlombaan yang sekaligus latihan bersama tersebut dibagi menjadi beberapa kategori, salah satunya ada kelas pemula, kelas reguler serta kelas “Non Dakun”, adapun yang dimaksud non dakun adalah salah satu jenis pleci yang berdada putih, seperti disampaikan Prayit Mugen salah satu Panitia.
“Kelas ini dibagi menjadi beberapa bagian, salah satunya adalah jelas pemula yaitu burung yang belum keluar isian materinya, sementara untuk kelas lain ada reguler dan kelas Non Dakun, adapun yang disebut non dakun adalah burung pleci yang berdada putih, dan varianya ada beberapa dan disini biasa kita sebut pleci Kapur atau Montanus serta jenis Buxtomi dan Auri,”terang Prayit.
Hal senada di ungkapkan Mafa Sugiyanto, salah seorang Dewan Yuri di ajang ini mengatakan, Adapun pleci yang paling banyak diminati yaitu Pleci lokal berwarna kuning semua, seperti kita ketahui, pleci lokal dimana pleci itu berkembang biak juga berbeda-beda, kalau dari pegunungan Muria ada jenis mata putih, saat ini sangat langka dan banyak diburu, dan yang paling di cari kedua adalah jenis Mata merah dari Gunung Merapi, namun secara umum dari berbagai daerah akan memilih pleci dari gunung Merapi Magelang.
“Dari berbagai jenis burung Pleci saat ini yang di buru oleh para kicau mania jenis pleci dari gunung Merapi, karena menurut para pecinta pleci, jenis ini paling mudah pemasteran serta perawatannya, dan apabila dilombakan jenis ini termasuk yang paling kuat di gantangan, walau sehari di lombakan hingga empat atau lima kali, jenis ini masih mampu bertahan dan stabil, adapun harga burung pleci sangat bervariatif, dari yang muda hutan dari pemikat atau ombyokan hanya dengan harga berkisar Lima puluh ribu hingga tujuh puluh lima ribu sudah dapat satu ekor burung pleci bahan, namun apabila burung itu sudah jadi harganya bisa ratusan ribu hingga jutaan bahkan ada yang puluhan juta,” pungkasnya. (Ady Prasetyo)
Tinggalkan Balasan