HARIAN 7

JENDELA INFORMASI DAN MITRA BISNIS ANDA

Seorang Suami di Salatiga Protes, Istri Diduga Jadi Korban Malpraktik, Rahim Hilang, Bocor di Saluran Kencing

Laporan: Muhamad Nuraeni

SALATIGA | HARIAN7.COM – Seorang warga Karangalit, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga, mengaku istrinya menjadi korban dugaan malpraktik setelah menjalani operasi angkat rahim di rumah sakit pada Juli lalu. Bukannya pulih, kondisi kesehatan sang istri justru memburuk hingga kini.

D (54), suami pasien berinisial F, mengatakan awalnya istrinya hanya mengalami keluhan pada saluran perkemihan. “Awalnya itu ada gangguan di saluran perkemihan, ya itu dokter R yang pertama memvonis. Terus berlanjut agak lama, kemudian ke rumah sakit katanya ada gangguan di rahim dan saluran kencing,” ujar D, Selasa (19/08/2025).

Menurut D, diagnosa selanjutnya disampaikan oleh dokter berinisial S. Namun, keputusan pengangkatan rahim dilakukan tanpa sepengetahuannya. “Dokter S kemudian tanpa izin kok tiba-tiba mau operasi rahim. Tanpa izin saya. Mungkin dia izinnya sendiri tanda tangan, mungkin anak dan sebagainya. Tapi saya nggak izin. Posisi saya waktu itu di luar kota,” katanya.

Baca Juga:  Inilah Persiapan Sebelum Ibadah Umrah

Operasi tetap dilangsungkan pada Juli lalu. Namun, alih-alih sembuh, kondisi F justru semakin menurun. “Setelah operasi kok ada gangguan, nggak tambah membaik malah tambah buruk. Sampai sekarang sudah satu setengah bulan, kok tidak membaik,” ucapnya.

D sempat mendapatkan penjelasan dari dokter S bahwa gangguan tersebut hanya efek operasi. Namun, ia tak puas. Ia lalu membawa istrinya memeriksakan diri ke dokter lain. “Akhirnya kami ke dokter N, dicek lagi, ternyata ada gangguan yang tidak beres. Di-CT scan, ternyata benar ada kebocoran di saluran kencing,” tuturnya.

Ia pun menyampaikan protes kepada manajemen rumah sakit. Namun, respons yang diterima dinilainya lamban. “Kabid bilang ini prosedurnya masih biasa saja, seperti pendaftaran di BPJS. Padahal ini sudah emergency. Saya nggak setuju. Penanganannya harus cepat,” ujar D.

Akibat gangguan itu, F kini mengalami kesulitan beraktivitas. “Kalau kondisi sekarang, dia nggak bisa aktivitas. Dalam 5–6 menit, cairan keluar deras. Dokter lain saya bilang ini bocornya tidak normal, harus banyak minum. Tapi kalau banyak minum kan selalu keluar terus,” ungkapnya.

Baca Juga:  Berbagi Berkah di Bulan Suci: Mahasiswa FH UKSW Salatiga Bagikan 350 Takjil

D juga menilai prosedur medis yang ditempuh dokter tidak transparan. Ia mempertanyakan dasar diagnosa pengangkatan rahim yang mendadak. “Sebelumnya baik-baik saja. Vonis dokter pertama hanya infeksi saluran kencing. Kok tiba-tiba rahim yang diangkat. Saya juga nggak pernah ditunjukkan data medisnya,” katanya.

Pihak rumah sakit sempat mendatangi kediaman D setelah protes itu. “Mereka datang, ngomongnya pengin kekeluargaan. Inisial dokter D datang bersama dua orang lainnya. Katanya jaminannya nanti saya akan dikonfirmasi ke Semarang untuk operasi. Tapi belum pasti,” ujar D.

Namun, janji itu tak kunjung ditepati. Menurut D, pihak rumah sakit menyebut proses rujukan ke RSUP Dr. Kariadi Semarang bisa memakan waktu hingga dua bulan. “Saya butuh penanganan cepat. Istri saya lagi sakit. Kalau kelamaan, bisa tambah parah,” katanya.

Baca Juga:  Aksi Tolak Zero ODOL, Pengemudi Truk Diimbau Jaga Ketertiban

D berharap persoalan ini segera ditangani dengan serius. “Harapannya segera dioperasi dan beres. Pihak rumah sakit juga harus memperbaiki prosedur. Jangan sampai pasien jadi korban lagi. Selama ini istri saya dirawat sendiri di rumah, biayanya besar. Saya ingin ada keputusan cepat dari pejabat terkait kesehatan di Salatiga,” ujarnya.

Menurut D, kasus ini bukan hanya perkara medis, melainkan juga soal hak pasien. “Pengangkatan rahim itu dilakukan tanpa ada diskusi, tanpa ada persetujuan saya sebagai suami. Padahal ini menyangkut privasi dan keselamatan pasien. Harusnya tindakan seperti ini lebih hati-hati,” katanya.

Hingga kini, F masih dirawat di rumah dengan kondisi melemah. Sementara itu, pihak rumah sakit belum memberikan keterangan resmi hingga berita ini diturunkan.

Plt Direktur RSUD Kota Salatiga, dr. Prasit AlHakim, yang dikonfirmasi harian7.com melalui pesan WhatsApp pada Rabu (20/8/2025), belum memberikan jawaban.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini

HIBURAN

SPORT

error: Content is protected !!